Lokatmala Nite, Gerakan Kebudayaan dan Ekspresi Pemenuhan Ruang Batin Publik Cianjur
CIANJUR, iNews.id - Tokoh dari berbagai latar belakang, dari pengusaha, pelaku UMKM, budayawan, akademisi hingga politisi, berkumpul di Pendopo Ageung Tumaritis Cianjur, Jumat (26/8/2022) malam. Mereka hadir di acara Lokatmala Nite yang diinisiasi Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia atau Lokatmala Foundation.
Lokatmala Nite membedah kebekuan ruang batin publik setelah dua tahun dunia harus bergelut dengan pandemi Covid-19. Acara ini diisi pentas musik tradisional Cianjuran, tari, dan pembacaan puisi.
Ratusan tamu undangan tampak antusias menyaksikan berbagai suguhan menarik yang ditampilkan para penari tampan dan jelita, serta pemetik kecapi suling mamaos Cianjuran yang diramu sajian pembacaan puisi oleh Dika Dzikriawan.
Kehadiran anggota DPR RI yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi Majalengka KH Maman Imanulhaq yang menyampaikan orasi kebudayaan pada malam itu, membuat suasana semakin seru dan khidmat.
Wakil Bupati Cianjur TB Mulyana Syahrudin mengatakan, Lokatmala Nite merupakan sebuah gerakan kebudayaan yang patut diapresiasi oleh pemerintah. Lokatmala Nite membawa gairah bagi perkembangan seni budaya di daerah, khususnya Kabupaten Cianjur.
“Kita memiliki undang-undang tentang kebudayaan nasional yakni Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan sebagai acuan legal-formal untuk mengelola kekayaan budaya di Indonesia. Sebab itu Lokatmala Nite yang diprakarsai oleh Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia adalah ekspresi pelaksanaan UU yang patut kita dukung,” kata TB Mulyana Syahrudin.
TB Mulyana yang juga Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Cianjur itu menyatakan, Undang-undang Pemajuan Kebudayaan adalah jalan untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia menjadi masyarakat berkepribadian dalam kebudayaan, berdikari secara ekonomi, dan berdaulat secara politik.
“Lokatmala Foundation, sesuai semangat para pendiri dan inisiatornya, didirikan untuk menjadi sarana bagi pembelajaran, pengembangan, dan pelestarian kebudayaan bangsa dalam arti seluas-luasnya melalui kegiatan seni pertunjukan, aksi kemanusiaan, dan pendidikan,” ujar TB Mulyana.
Sesuai UU Nomor Tahun 2017, tutur TB Mulyana, kehadiran lembaga kreatif inovatif yang bertumpu pada jejak kebudayaan seperti Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia, sangat dibutuhkan.
“Selaku pribadi dan atas nama Pemerintah Kabupaten Cianjur, saya menyambut baik didirikannya Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia ini. Semoga semakin memberikan kontribusi bagi pemajuan kebudayaan di Tanah Air. Termasuk pemajuan kebudayaan di Kabuaten Cianjur,” tutur Wabup Cianjur.
Sementara itu, Ketua Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia Wina Rezky Agustina mengatakan, Lokatmala Foundation didirikan untuk membangun pembelajaran, pengembangan, dan pelestarian kebudayaan bangsa.
“Malam ini telah membuat kami dari Yayasan Kebudayan Lokatmala Indonesia merasa sangat spesial dan terhormat, karena kehadiran bapak Ibu dan teman-teman di sini. Ini menjadi sebuah energi bagi kami yang baru lahir dengan segenap harap tak berbatas,” kata Wina.
Ibarat bayi, ujar Wina, Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia, belum bisa apa-apa. Untuk sekadar bergerak dan bersuara pun masih membutuhkan bantuan tangan dan kasih sayang dari orang-orang di sekelilingnya.
“Orang baik yang menuntun, membimbing, dan mendorong kami untuk tumbuh mencapai visi dan harapan serta cita-cita besar itu tiada lain adalah bapak ibu sekalian yang hadir dan ada di sini, saat ini. Terima kasih untuk semuanya,” ujar koreografer dan penari terkemuka itu.
Wina Rezky Agustina menuturkan, banyak yang bertanya, apa itu Lokatmala Foundation dan kenapa nama Foundation ini dinamakan Lokatmala?
“Lokatmala artinya adalah bunga namun langka, yakni, bunga Edelweiss yang hanya ada di puncak gunung-gunung tinggi. Tak ada Eledweis yang tumbuh di dataran rendah. Kalaupun ada, pasti itu Edelweis plastik atau Edelwies yang dikeringkan,” tutur Wina.
Edelweis, sebut Wina, sering dimaknai sebagai ketenaran, ketenangan, mulia, dan abadi. Namun bila tulisannya dipisah menjadi Lokat dan Mala mengandung arti membersihkan segala sesuatu yang tidak baik. Lokat dalam bahasa Sunda berarti membersihkan dan Mala memiliki arti bencana dan wabah. "Jadi Lokat Mala memiliki arti secara harfiah yakni membersihkan diri dari bencana, wabah atau hal-hal yang tidak baik atau buruk," ucapnya.
Wina menyatakan, lirik atau rumpaka tembang Sunda Cianjuran atau mamaos berjudul Lokat Mala karya Bakang Abubakar yang diciptakan pada 1980, menceritakan tentang keindahan alam Gunung Gede Pangrango.

"Tembang ini, menginspirasi betapa romantika dan refleksi kehidupan penuh kesadaran, pemenuhan ruang batin, sekaligus ekspresi bagi upaya pemaknaan diri. Itu lah jalan kebudayaan yang senantiasa diperjuangkan oleh Lokatmala Foundation, hari ini juga nanti,” ujar Wina yang dalam pidatonya iringan musik secara live.
Tembang Lokat Mala, tutur Wina, telah menginspirasi dan membangun gairah bagi pertumbuhan dan perjumpaaan kebudayaan bagi dirinya selaku salah satu pendiri Lokatmala Foundation.
“Ibarat usai silanglang di batu dongdang, energi baru merekah berkah sehingga siapa pun yang mencapainya segan pulang sebelum membawa mustika itu di mana pun. Mustika itu adalah kepribadian bangsa yang terurai dalam ragam budaya agung yang dimiliki bangsa ini,” tutur Wina.
Dia berharap kehadiran Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia bisa memantik kreativitas baru dan menularkannya kepada yang lain. Menjadi virus positif untuk tumbuhnya jejaring kekuatan baru dalam derap langkah kebudayaan yang kadang terseok karena nihilnya keberpihakan kepada jati diri bangsa yang sesungguhnya.
“Saatnya kita membangun karya. Karya yang bisa kita kerjakan meskipun dalam ritmis kecil dan temaram lilin kemasygulan. Kita terus bekerja untuk kebudayaan dengan jalan lurus kesungguhan. Malam ini kami mulai dengan Bismillah, dan doakan kami mencapainya!” ucap Wina.
Berikut syair tembang Lokat Mala dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia yang dibacakan dan dinyanyikan Wina dalam acara Lokatmala Nite:
Lokat Mala
Gunung Gedé geusan nyarandékeun haté
(Gunung untuk menyandarkan hati)
Pangrango kuring ngadago
(Pangrango daku menanti)
Gunung Guruh da kuring mah henteu jauh
(Gunung Guruh aku ini tidak jauh)
Kaleuit Salawéjajar
(pada leuit dua puluh lima jajar)
Aduh lucu Alun-alun luhur gunung
(Aduh indah Alun-alun di atas Gunung)
Matak betah sarwa éndah
(Membuat betah serta indah)
Lokatmala marakbak baranang siang
(Lokatmala gemerlap gemilang cerlang)
Aduh manis jeung cantigi
(Adu manis dengan cantigi)
Ku napsu mah matak sungkan mulang
(Andai menuruti nafsu tentu akan
segan pulang)
Hayang ngahenang-ngahening
(Ingin tenang serta damai)
Ngahiyang di Batu dongdang
(Moksa di Batu Dongdang)
Silanglang di jamban hérang
(Berenang di air bening)
Moal mulang lamun teu acan kabandang
(Tak akan pulang kalau belum memetik mustika mandala wangi)
Rék lahlahan tatapa luhureun kawah
(Akan segera bertapa di atas kawah)
Malar hate henteu siwar
(Agar hati tetap tegar)
Penerjemah: Godi Suwarna, 10 Juni 2021, Sumber : Tesis S2 ISBI Bandung atas nama Neng Wina Resky Agustina @winarezkyagustina
Editor: Agus Warsudi