BPS Jabar: Inflasi Tasikmalaya Terendah secara Nasional, Ini Penyebabnya
BANDUNG, iNews.id - Kota Tasikmalaya tercatat mengalami inflasi terendah secara nasional pada Februari 2021 sebesar 0,02 persen. Angka tersebut jauh di bawah beberapa kota kabupaten lain di Jawa Barat yang tercatat mulai mengalami inflasi di awal 2021 ini.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat Dyah Anugrah Kuswardhani mengatakan, pada Februari 2021, Jawa Barat mengalami inflasi sebesar 0,19 persen. Dari tujuh kota yang dipantau, seluruhnya mengalami inflasi. Namun, inflasi di Tasikmalaya tercatat terendah di Jabar dan nasional.
"Dibanding kota lain (di Jawa Barat), (inflasi) Tasikmalaya paling rendah. Bahkan terendah secara nasional. Sementara di daerah lainnya cukup tinggi, seperti Bogor, Depok, dan Bekasi, masing masing, yaitu, Kota Bogor 0,24, Bekasi 0,23, Depok 0,20 persen," kata Dyah, Senin (1/3/2021).
Menurut Dyah, beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya inflasi di Tasikmalaya karena tidak ada komoditas barang yang mengalami kenaikan harga signifikan. Namun, rendahnya inflasi di suatu daerah, juga menujukkan belum bergeraknya ekonomi di daerah tersebut.
Sebagai acuan, beberapa komoditi yang menyebabkan inflasi adalah kenaikan harga kelompok makanan minum terutama cabai merah, rokok kretek, bawang merah. Juga kenaikan pada kelompok pakaian alas kaki, akibat naiknya harga kerudung dan daster.
"Mungkin karena banyak ibu ibu yang WFH (work from home), jadi banyak pakai daster di rumah, sehingga permintaan naik. Tapi yang tertinggi penyebab inflasi disebabkan kenaikan tarif jalan tol," ujar Dyah.
Selain itu, tutur Kepala BPS Jabar, rendahnya inflasi di suatu daerah juga bisa diukur berdasarkan nilai tukar petani (NTP). Di mana, NTP terus menurun sejak awal tahun 2020. Pada Februari NTP turun menjadi sebesar 99,85% dari 100,06.
"NTP di bawah 100 artinya petani sudah mulai mengalami defisit. Antara indek yang dibayar tidak sebanding dengan yang diterima," tutur Kepala BPS Jabar.
Dyah mengatakan, turunnya NTP di Jawa Barat dikarenakan harga komoditas pertanian yang cukup rendah. Di antaranya, komoditas tanaman pangan yang terus turun, perkebunan, peternakan, dan hasil komoditas nelayan yang juga terus turun.
Editor: Agus Warsudi