“Sampai saat ini yang paling banyak itu kota Bekasi, hampir 911 anak. Kami belum memastikan berapa persen jumlah anak yang yatim piatu. Sampai sekarang, yang paling banyak yang menjadi yatim, kemudian baru jadi piatu. Yang yatim-piatu itu masih rendah,” ujarnya.
“Kebetulan kami DP3AKB punya fungsi untuk perlindungan anak. Jadi kami memberikan sedikit perhatian kepada anak-anak yang menjadi yatim ataupun piatu, atau menjadi yatim piatu yang kedua orang tuanya meninggal karena Covid. Kebetulan juga kami ada program mapai lembur, ASN Jabar peduli. Jadi kami dari ASN mengumpulkan, ya sekadarnya bisa dibagikan kepada masyarakat. Dan, ini semuanya bergerak ke seluruh Jawa Barat," ujar Kim.
Dengan status sudah tidak memiliki orang tua, baik yatim, piatu, maupun yatim-piatu, tentunya dibutuhkan perhatian lebih dari pemerintah. Perhatian tersebut, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, melainkan juga kebutuhan mereka untuk bersekolah.
“Ini juga tentu tidak oleh dinas kami sendiri, tapi juga dengan dinas-dinas lain. Seperti Dinsos, itu mereka akan menindaklanjuti juga dengan program-program yang ada. Bagaimana pendidikan mereka itu oleh Dinas Pendidikan, bagaimana anak-anak ini bisa mewujudkan cita-citanya,” tuturnya.
“Yang tidak terasuh dengan baik mungkin bisa diarahkan ke panti asuhan. Atau orang tuanya yang tidak bekerja, ditinggal suaminya, itu bisa diberi pelatihan di balai kerja Dinas Sosial. Kami sedang mengusung itu,” ucapnya.
Editor : Agus Warsudi
bocah yatim piatu anak yatim piatu yatim piatu Kabupaten Majalengka majalengka meninggal akibat covid-19
Artikel Terkait