Wina Rezky Agustina berhasil menerjemahkan kisah Apun Gencay berlatar belakang kegusaran petani kopi di Cianjur pada masa kolonial. (FOTO: ISTIMEWA)
Properti kubus menggambarkan zaman kolonial memperburuk posisi kaum perempuan yang semakin terkukung. (FOTO: ISTIMEWA)

Kaki perempuan mungil nan rapuh hanya diburu untuk sebuah kepuasan rezim patriaki. Kolonialisme semakin memperburuk posisi perempuan, terkungkung rapuh dalam sumpeknya dominasi dan ketidakadilan.

Wina Rezky Agustina mengatakan, kepekaan dan naluri perempuan itu lebih kuat. Perempuan bisa melakukan hal yang tak terduga, termasuk melakukan sebuah penolakan yang berujung tragedi. Diam saja perempuan itu berpikir. Seperti yang terjadi pada kisah Apun Gencay.

“Apun menurutku adalah sang pemberani yang berkisah dan menjadi saksi bahwa perempuan pun bisa melawan sekalipun dalam sunyi dan keterbatasan,” kata Wina Rezky Agustina.

Sejarah Apun Gencay

Wina Rezky Agustina, koreografer sekaligus penari dari Lokatmala Foundation membawakan tari kontemporer berkisah tentang Apun Gencay. (FOTO: ISTIMEWA)

Hendi Jo, sejarawan Cianjur, mengatakan, kisah Apun Gencay dalam sejarah Cianjur bukanlah bahasan baru. Namun penampakannya dalam sebuah tarian memang sangat baru kalau tidak bisa disebut yang pertama kali.


Editor : Agus Warsudi

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4 5 6 7
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network