Acara yang diinisiasi para ‘pejuang’, pengusaha, dan pramuseduh kopi Cianjur ini cukup mampu menyedot publik Cianjur berbondong ke kestival kopi di malam itu. Beberapa tampilan band lokal membuat suasana Festival Kopi Cianjur semakin meriah.
“Kami sekadar mencoba menerjemahkan kisah Apun Gencay ke dalam sebuah pertunjukan sederhana. Kisah Apun yang dramatik dalam situasi amuk petani kopi di zaman kolonial layak untuk dikisahkan kembali,” kata Direktur Program dan SDM Lokatmala Foundation Dika Dzikriawan kepada wartawan.
Dika Dzikriawan menyatakan, perjuangan melawan penindasan yang melahirkan semangat nasionalisme kerakyatan pada zaman kelabu tanam paksa, ternyata menampilkan sosok sunyi perempuan bernama Apun Gencay.
“Setidaknya itu yang coba diinterpretasikan oleh Wina dari tulisan Trilogi Condre Kutukan: Cinta, Kopi dan Kekuasaan karya Saep Lukman,” kata Dika Dzikriawan.
Pesan-pesan dramatik makin kentara saat properti berupa kubus sebagai simbol perempuan selalu dibatasi geraknya, dimainkan dalam dentuman musik mencolok.
Editor : Agus Warsudi
bupati cianjur cianjur kabupaten cianjur pejabat cianjur perempuan cantik petani kopi tari kontemporer Seni tari
Artikel Terkait