"Dalam perjalanannya program ini sangat berantakan, bahkan kami merasa hanya dimanfaatkan sebagai alat politik dan bahan pencitraan saja tanpa ada hasil," ujar Rizky.
Rizky menuturkan, selama ada permasalahan, seluruh stakeholders saling tuduh. Bahkan, lebih parah lagi, mereka terkesan menghindar.
"Tetapi saat kami panen, semua stakeholders datang ramai-ramai untuk menunjukkan bahwa itu adalah hasil kerja mereka. Begitu yang kami alami satu tahun sejak Juli 2021 hingga Juli 2022," tutur dia.
Awalnya, Rizky mengira, setahun mengikuti program Petani Milenial, akan mendapatkan hasil manis. Namun, apa dikata, dia dan kelompoknya di Gelombang 1 Petani Milenial malah mendapat 'surat cinta' dari Bank BJB.
"Kami malah mendapatkan peringatan kedua dari Bank BJB akibat offtaker tidak mampu membayar hasil panen kami hingga detik ini. Alhasil nama kami tercoreng dari perbankan," ucap Rizky.
Rizky bersama peserta lainnya juga sangat menyayangkan peran Pemprov Jabar selaku pemilik program tersebut. Pasalnya, persoalan belum selesai, Pemprov Jabar justru kembali membuat program Petani Milenial yang baru hingga gelombang 10.
"Peran pemprov selaku pemilik program benar-benar nol, tidak berperan sama sekali dan bahkan menghindar," ujar dia.
Editor : Agus Warsudi
kredit petani milenial petani milenial petani milenial 4.0 program pemprov jabar pemprov jawa barat gubernur jawa barat ridwan kamil gubernur ridwan kamil ridwan kamil
Artikel Terkait