Menyingkap Kisah Batang Bertuah dari Pertamina Membawa Berkah

Ence berkisah, selama ini dia hanya mengandalkan gaji bulanan dari profesinya sebagai buruh pabrik. Berangkat pagi, pulang sore. Begitu kisahnya selama puluhan tahun. Kini Ence menemukan keajaiban, mengubah nasib keluarganya menjadi lebih cerah.
Sepulang kerja, Ence menyempatkan diri menyulam satu atau dua produk hingga kantuk tiba. Setidaknya, menyelesaikan satu tempat tisu seharga Rp45.000. Jika pesanan sedang ramai, Ence bisa mengantongi upah hingga Rp100.000 per hari.
Cerita Ence hanya satu dari kisah puluhan keluarga yang mendapatkan manfaat dari kemandirian ekonomi di desa tersebut. Banyak contoh keluarga lainnya yang juga menggantungkan penghasilan tambahan dari mengolah eceng gondok.
Ada korban pemutusan hubungan kerja (PHK), ibu rumah tangga, pekerja serabutan, hingga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
"Warga yang terlibat di JRK berasal dari tiga RT (rukun tetangga). Perajinnya memang belum banyak, karena untuk menganyam perlu keahlian khusus. Tapi ini yang terus kami dorong dengan melatih masyarakat secara bertahap," kata Kepala Dusun 3 Cibodas Devi M Jufri.
Upaya menggerakkan masyarakat tak hanya dilakukan kepada ibu rumah tangga atau mereka yang ingin memiliki tambahan penghasilan, tetapi juga kepada para ODGJ yang jumlahnya terbilang banyak. Tercatat ada lebih dari lima ODGJ di desanya.
Syukurnya, beberapa ODGJ rutin mengikuti pelatihan dan terlibat di workshop JRK yang letaknya ada di pertengahan permukiman warga.
Editor: Agus Warsudi