Kenapa Orang Sunda Tidak Mau Disebut Orang Jawa? Ternyata karena Jati Diri Ini

BANDUNG, iNews.id - Kenapa orang Sunda tidak mau disebut orang Jawa? Itu pertanyaan yang kerap muncul di tengah masyarakat terutama dari orang luar Jawa. Sebelum menjawab pertanyaan itu perlu dibedakan antara etnis atau suku dengan pulau Jawa sebagai sebuah wilayah.
Pulau Jawa merupakan wilayah yang dihuni dua etnis besar, yakni Suku Sunda dan Suku Jawa. Suku Sunda mendiami Pulau Jawa sebelah barat, sedangkan etnis Jawa mendiami wilayah dari tengah hingga timur.
Dengan terbaginya Pulau Jawa oleh kedua etnis tersebut tentu saja memiliki kultur yang berbeda sehingga orang Sunda tidak mau disebut sebagai orang Jawa, meski berada dalam satu hamparan pulau.
Selain itu, ada alasan-alasan lain kenapa orang Sunda tidak mau disebut orang Jawa. Di mana alasan-alasan itu terkait dengan sejarah awal mula etnis Sunda mendiami Pulau Jawa di sebelah barat serta alasan-alasan lainnya.
1. Asal-usul nama Sunda
Kata Sunda berasal dari akar kata sund atau kata suddha dalam bahasa Sansekerta yang mempunyai pengertian bersinar, terang, berkilau, putih (Williams, 1872: 1128, Eringa, 1949: 289). Dalam bahasa Kawi dan bahasa Bali pun terdapat kata Sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murni, tak tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186; Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219). Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter orang Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), wanter (berani) dan pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh masyarakat Sunda sejak zaman Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda-Galuh, Kerajaan Pajajaran hingga sekarang.
Nama Sunda mulai digunakan oleh Raja Purnawarman pada tahun 397 untuk menyebut Ibu Kota Kerajaan Tarumanagara. Untuk mengembalikan pamor Tarumanagara yang semakin menurun, pada tahun 670, Tarusbawa, penguasa Tarumanagara yang ke-13, mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.
Kemudian peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan Raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.
Editor: Asep Supiandi