Kenapa Jawa Barat Menggunakan Bahasa Sunda? Ini Jawabannya
Selain Brebes dan Cilacap, masyarakat di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah juga menggunakan Bahasa Sunda hingga abad ke-6 Masehi. Hal ini diketahui dari sumber nama “Dieng” yang berasal dari kata dalam Bahasa Sunda Kuno, Dhiyang.
Pengaruh Kerajaan Mataram Islam
Berbeda dari Bahasa Jawa, awalnya Bahasa Sunda tidak mengenal tingkatan atau undak usuk. Namun setelah Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-15 Masehi, menaklukkan beberapa kerajaan di Tatar Pasundan, Bahasa Sunda, terutama di wilayah Priangan barat dan timur, terpengaruh oleh budaya Jawa.
Bahasa Sunda selanjutnya mengenal tingkatan atau undak usuk bahasa, mulai dari bahasa lemes atau halus, loma atau lancaran, dan kasar. Undak usuk ini diterapkan oleh masyarakat Sunda di wilayah Priangan barat, terutama Kota/Kabupaten Bandung, Cimahi, dan Bandung Barat.
Bahasa Sunda lemes atau halus yakni, bahasa yang digunakan untuk orang yang lebih tua atau dihormati. Berbeda jika berbicara dengan teman sebaya atau lebih muda. Penggunaan bahasa Sunda saat berbicara dengan yang lebih tua dan dihormati terdengar sopan dengan intonasi halus dan lembut.
Undak usuk diterapkan oleh masyarakat Priangan timur, yaitu, Kota/Kabupaten Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Pangandaran, dan Kota Banjar.
Editor: Agus Warsudi