get app
inews
Aa Text
Read Next : Artis Malaysia Nikah Pakai Kebaya Sunda, Netizen Indonesia Heboh: Kok Beda?

Kenapa Jawa Barat Menggunakan Bahasa Sunda? Ini Jawabannya

Jumat, 28 Oktober 2022 - 12:53:00 WIB
Kenapa Jawa Barat Menggunakan Bahasa Sunda? Ini Jawabannya
Masyarakat Sunda menggelar ritual adat Seren Taun sebagai ungkapan rasa syukur atas panen yang melimpah. (FOTO: ISTIMEWA/INFOBUDAYA.NET)

BANDUNG, iNews.id - Mayoritas masyarakat Jawa Barat, terutama yang beretnis Sunda, walaupun berada di Pulau Jawa, menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari. Mereka tidak menggunakan bahasa Jawa seperti masyarakat Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Selain tidak menggunakan Bahasa Jawa, masyarakat Jawa Barat juga tidak mau disebut orang Jawa. Mereka lebih suka disebut orang Sunda. 

Bahkan mereka yang beretnis Indramayu dan Cirebon, yang nota bene menggunakan bahasa Jawa dalam pergaulan sehari-hari, lebih suka disebut orang Indramayu dan Cirebon. Bukan Jawa. 

Fakta ini membuat masyarakat awam, terutama yang berada di luar Pulau Jawa, heran. Sebenarnya jawaban atas pertanyaan dan keheranan itu sederhana. 

Penyebabnya adalah karena Sunda dan Jawa, etnis atau suku berbeda. Karena itu pula orang Sunda tidak mau disebut Jawa kendati berada di pulau yang sama.

Pemuda dan gadis Sunda membawakan tarian. (FOTO: ISTIMEWA)
Pemuda dan gadis Sunda membawakan tarian. (FOTO: ISTIMEWA)

Dalam ilmu linguistik, antara Bahasa Jawa dan Sunda masih satu rumpun, yaitu, bahasa Melayu-Polinesia. Namun dari segi fonologi, penuturan, dialek, dan sistem penulisan, sangat berbeda.

Walaupun dua kelompok masyarakat itu berbeda etnis, namun fakta, terdapat beberapa kesamaan dalam hal adat istiadat dan mitos yang diyakini. Contohnya, masyarakat Sunda dan Jawa di pesisir pantai selatan.

Seperti masyarakat Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi dan Pangandaran, mereka meyakini ada kekuatan supranatural yang menguasai laut selatan Jawa, yaitu Nyi Roro Kidul. 

Mitos ini pun diyakini oleh masyarakat Jawa yang tinggal di pesisir pantai selatan. Itu terjadi diduga karena akulturasi budaya leluhur yang saling memengaruhi. 

Terlepas dari itu, dihimpun dari berbagai sumber, berikut ulasan jawaban atas pertanyaan dan keheranan masyarakat tentang mengapa warga Jawa Barat tidak menggunakan bahasa Jawa:

Catatan Penjelajah Portugis

Tome Pires, penjelajah Portugis dalam Suma Oriental pada abad ke-16 mencatat, Tatar Pasundan adalah tanah kesatria dan pelaut pemberani. Mereka jauh lebih terkenal dibandingkan para kesatria atau pelaut dari Jawa.

Pemuda Sunda memainkan alat musik dari bambu. (FOTO: ISTIMEWA/infobudaya.net)
Pemuda Sunda memainkan alat musik dari bambu. (FOTO: ISTIMEWA/infobudaya.net)

Orang Sunda pada masa itu, tulis Tome Pires, bersaing dengan orang-orang Jawa, begitu pula sebaliknya. Dalam keseharian, antara orang Jawa dan Sunda tidak terlalu akrab, tetapi tidak pula bermusuhan. Mereka saling berdagang dan mengurus urusannya masing-masing. 

Karena bukan Jawa, Suku Sunda berbicara dengan bahasa mereka sendiri. Penyebaran Bahasa Sunda banyak diperngaruhi oleh peran politik dari kerajaan-kerajaan di Tatar Pasundan, seperti Pajajaran, Tarumanagara, dan Galuh.

Seluruh wilayah Jawa bagian barat dikuasai oleh karajaan Sunda tersebut. Penggunaan bahasa sehari-hari pun menggunakan Bahasa Sunda sehingga mewarnai masyarakat yang dikuasai atau ditaklukkan. 

Bahkan, Kerajaan Galuh pernah menguasai sebagian wilayah barat Jawa Tengah, khususnya Brebes dan Cilacap. Di kedua daerah di Jawa Tengah itu, ada kelompok masyarakat yang menggunakan Bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari. 

Di Cilacap terdapat kawasan bernama Majenang yang sebagian penduduknya beretnis Sunda. Di Majenang ada kampung bernama Dayeuhluhur yang dalam Bahasa Sunda berarti kota di ketinggian. 

Selain Brebes dan Cilacap, masyarakat di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah juga menggunakan Bahasa Sunda hingga abad ke-6 Masehi. Hal ini diketahui dari sumber nama “Dieng” yang berasal dari kata dalam Bahasa Sunda Kuno, Dhiyang. 

Pengaruh Kerajaan Mataram Islam

Berbeda dari Bahasa Jawa, awalnya Bahasa Sunda tidak mengenal tingkatan atau undak usuk. Namun setelah Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-15 Masehi, menaklukkan beberapa kerajaan di Tatar Pasundan, Bahasa Sunda, terutama di wilayah Priangan barat dan timur, terpengaruh oleh budaya Jawa. 

Bahasa Sunda selanjutnya mengenal tingkatan atau undak usuk bahasa, mulai dari bahasa lemes atau halus, loma atau lancaran, dan kasar. Undak usuk ini diterapkan oleh masyarakat Sunda di wilayah Priangan barat, terutama Kota/Kabupaten Bandung, Cimahi, dan Bandung Barat.

Bahasa Sunda lemes atau halus yakni, bahasa yang digunakan untuk orang yang lebih tua atau dihormati. Berbeda jika berbicara dengan teman sebaya atau lebih muda. Penggunaan bahasa Sunda saat berbicara dengan yang lebih tua dan dihormati terdengar sopan dengan intonasi halus dan lembut.

Undak usuk diterapkan oleh masyarakat Priangan timur, yaitu, Kota/Kabupaten Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Pangandaran, dan Kota Banjar.

Walaupun umumnya Bahasa Sunda memiliki kesamaan, namun masing-masing daerah punya ciri khas dalam pengucapan atau dialek. Bahkan beberapa kosa kata dalam Bahasa Sunda terdapat perbedaan di masing-masing daerah.  

Dikutip dari Wikipedia, Bahasa Sunda terbagi dalam enam dialek.Pertama, dialek utara, yaitu, Bahasa Sunda yang dituturkan oleh masyarakat Sunda di sepanjang utara Jawa Barat, seperti di Karawang (kecuali Batujaya, Pakisjaya dan Cilamaya), Subang, dan sebagian utara Purwakarta.

Kedua, dialek barat atau kulon, tergolong Bahasa Sunda kasar karena tidak mengenal undak usuk seperti Bahasa Sunda di Priangan. Dialek ini dituturkan di daerah Banten dan sebagian barat dari Kabupaten Bogor khususnya daerah Jasinga Raya serta sebagian barat dan utara Kabupaten Sukabumi.

Ketiga, dialek selatan dituturkan di Kabupaten Sukabumi bagian selatan, Cianjur, Kabupaten Bogor selatan dan tenggara, Kota Bogor, Kabupaten Tasikmalaya dan Garut sebagian selatan dan barat Kabupaten Bandung.

Keempat, dialek tengah timur dituturkan di wilayah Majalengka dan bagian selatan Indramayu.

Kelima, dialek timur laut dituturkan di daerah Kuningan dan bagian selatan dari Cirebon dan sebelah tenggara Indramayu.

Keenam, dialek tenggara dituturkan oleh masyarakat Sunda di daerah Ciamis, Banjar, Pangandaran, Cimahi, Kota Bandung dan sebelah timur Kabupaten Bandung. Bahasa Sunda dialek Tenggara merupakan bahasa Sunda yang tergolong halus karena mengenal undak usuk.

Tidak Semua Pakai Bahasa Sunda

Memang sebagian besar penduduk di wilayah Jawa bagian barat, seperti di Provinsi Jawa Barat dan Banten menggunakan Bahasa Sunda dalam keseharian. Namun tidak semua warga Jawa Barat menggunakan Bahasa Sunda.

Terdapat beberapa daerah di Jawa Barat yang justru menggunakan Bahasa Jawa. Namun Bahasa Jawa yang mereka gunakan tidak sama dengan di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Beberapa wilayah yang masyarakatnya mayoritas menggunakan Bahasa Jawa antara lain, Kota Serang, Kota Cilegon, Indramayu, Kabupaten/Kota Cirebon, dan sebagian pesisir Pangandaran, Kuningan, Majalengka, wilayah utara Subang dan Cilamaya, Karawang. 

Di bagian utara Jawa Barat, terdapat dua dialek bahasa Jawa, yaitu, Basa Cerbonan dan Basa Dermayon. Bahasa yang digunakan masyarakat di Cirebon dan Indramayu mirip dengan masyarakat Subang dan Karawang utara.

Selain ada yang menggunakan Bahasa Jawa, sebagian masyarakat Jawa Barat juga menggunakan Bahasa Betawi dalam penuturan sehari-hari. Kelompok masyarakat yang menggunakan Bahasa Betawi, umumnya berada di Kota/Kabupaten Bekasi, Depok, Tengarang Selatan, dan Karawang.

Kemudian, Bahasa Betawi juga digunakan oleh masyarakat Kabupaten Bogor bagian utara, seperti, Bojonggede, Tajurhalang, Parung, sebagian utara Gunung Sindur, sebagian barat Cibinong, sebagian utara Kemang, sebagian Ciseeng, dan Gunung Putri bagian utara.

Bahasa Betawi yang digunakan dialek Betawi Pinggiran, berbatasan dengan penutur bahasa Sunda. Sedangkan masyarakat Betawi Pinggiran, sering disebut sebagai Betawi Ora. 

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut