Caleg PDIP Ronny Talapessy Dorong Pemerintah Bantu Pemulangan Jenazah PMI asal Indramayu dari Taiwan

Nurul bercerita, almarhumah ibunya pertama kali menjejakkan kaki di Taiwan pada 2013. Tujuannya untuk mengadu nasib agar kehidupan dan keluarganya berubah.
Hasil ibunya bekerja di Taiwan itu, keluarganya pun sangat terbantu khususnya untuknya dan dua adiknya yang kembar. Nurul dan kedua adiknya bahkan bisa menyelesaikan pendidikan sekolahnya tingkat SMA serta SMK.
"Setelah 2017, izin bekerja ibu saya habis di Taiwan. Tapi, ibu saya tetap memilih bekerja di sana karena masih berharap bisa mengumpulkan uang sebagai bekal pulang ke Indramayu. Rencananya memang tahun ini pulang," kata Nurul.
Nurul sebenarnya khawatir akan terjadi sesuatu mendengar keputusan ibunya itu. Hingga suatu malam di 6 Januari lalu, Nurul mendapat kabar ibunya sakit dan diceritakan pembuluh darahnya pecah. Semua alat medis dipasang ke tubuh Nuryati untuk menopang hidupnya.
"Memang tiga bulan terakhir ibu mengeluhkan kondisi kerjanya. Mengurusi orang depresi sehingga waktu istirahatnya terganggu dan kurang makan," kata Nurul.
Hanya berjarak empat hari, Nurul lantas mendapat kabar lagi bahwa kondisi ibunya kritis sehingga ia dan dua adiknya melakukan telepon video dengan ibunya. Di telinga ibunya, Nurul dan adiknya membacakan ayat-ayat Alquran.
"Lalu, 10 menit kemudian, ibu saya pun mengembuskan napas terakhir dan dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 10 Januari 2024. Setelah itu, justru masalah muncul jenazah ibu sulit dipulangkan karena overstay juga karena biayanya yang tinggi itu," kata Nurul.
Editor: Maria Christina