Caleg PDIP Ronny Talapessy Dorong Pemerintah Bantu Pemulangan Jenazah PMI asal Indramayu dari Taiwan

JAKARTA, iNews.id - Jenazah pekerja migran asal Indramayu di Taiwan, Nuryati, hingga kini belum dipulangkan ke Indonesia. Keluarga dan Ronny Talapessy, advokat dari keluarga sekaligus Caleg dari PDI Perjuangan memohon bantuan pemerintah untuk memulangkan jenazahnya dari Taiwan.
Menurut Ronny Talapessy, Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) sebagai perwakilan pemerintah di Taiwan bisa membantu pemulangan jenazah almarhumah Nuryati. Apalagi, latar belakang keluarga almarhumah Nuryati di Indramayu tergolong kurang mampu.
Caleg PDIP dari Dapil Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Luar Negeri itu mengatakan, bagaimanapun, Nuryati harus tetap dihormati sebagai warga negara Indonesia (WNI) dan bagian dari yang disebut negara sebagai pahlawan devisa selama ini. Dia berharap KDEI jangan terjebak pada hal-hal administratif.
"Almarhumah Nuryati masih menjadi warga negara kita dan pemegang paspor Indonesia. Keluarganya di Indramayu orang susah dan tidak mampu mengurus kepulangan jenazah almarhumah. Saya kira di sinilah peran negara untuk melindungi tumpah darah rakyatnya," kata Ronny, Rabu (16/1/2024).
Ronny berharap pemerintah melalui KDEI Taiwan merespons permohonan keluarga almarhumah Nuryati itu. Dengan begitu, keluarganya di Indramayu bisa melihat dan memakamkan jenazah almarhumah Nuryati sebagaimana mestinya.
"Saya kira ini merupakan amanah yang terkandung di konstitusi bahwa negara wajib memelihara dan melindungi rakyatnya termasuk memulangkan jenazah almarhumah Nuryati itu," kata Ronny.
Sementara Nurul Fatihah (26), anak almarhumah Nuryati saat dihubungi, Selasa (16/1/2024) mengatakan, sangat berharap pemerintah membantu untuk memulangkan jenazah sang ibunda dari Taiwan.
"Saya mewakili keluarga memohon bantuan pemerintah agar jenazah almarhumah ibu kami bisa dipulangkan. Kami bingung, nggak punya uang karena disebutkan biayanya ratusan juta rupiah," tutur Nurul Fatihah.
Nurul bercerita, almarhumah ibunya pertama kali menjejakkan kaki di Taiwan pada 2013. Tujuannya untuk mengadu nasib agar kehidupan dan keluarganya berubah.
Hasil ibunya bekerja di Taiwan itu, keluarganya pun sangat terbantu khususnya untuknya dan dua adiknya yang kembar. Nurul dan kedua adiknya bahkan bisa menyelesaikan pendidikan sekolahnya tingkat SMA serta SMK.
"Setelah 2017, izin bekerja ibu saya habis di Taiwan. Tapi, ibu saya tetap memilih bekerja di sana karena masih berharap bisa mengumpulkan uang sebagai bekal pulang ke Indramayu. Rencananya memang tahun ini pulang," kata Nurul.
Nurul sebenarnya khawatir akan terjadi sesuatu mendengar keputusan ibunya itu. Hingga suatu malam di 6 Januari lalu, Nurul mendapat kabar ibunya sakit dan diceritakan pembuluh darahnya pecah. Semua alat medis dipasang ke tubuh Nuryati untuk menopang hidupnya.
"Memang tiga bulan terakhir ibu mengeluhkan kondisi kerjanya. Mengurusi orang depresi sehingga waktu istirahatnya terganggu dan kurang makan," kata Nurul.
Hanya berjarak empat hari, Nurul lantas mendapat kabar lagi bahwa kondisi ibunya kritis sehingga ia dan dua adiknya melakukan telepon video dengan ibunya. Di telinga ibunya, Nurul dan adiknya membacakan ayat-ayat Alquran.
"Lalu, 10 menit kemudian, ibu saya pun mengembuskan napas terakhir dan dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 10 Januari 2024. Setelah itu, justru masalah muncul jenazah ibu sulit dipulangkan karena overstay juga karena biayanya yang tinggi itu," kata Nurul.
Editor: Maria Christina