6 Fakta Menarik Cianjur, Nomor 5 Bikin Putra Mahkota Jepang Kesengsem

Ayam pelung merupakan fakta menarik Cianjur lainnya. Unggas yang ditangkarkan di Cianjur ini memiliki keunggulan dibanding jenis ayam lainnya, selain badannya tinggi besar suaranya merdu dan melengking cukup panjang. Tak heran unggas ini banyak digemari pecinta ayam hingga ke luar negeri.
Awalnya penangkaran ayam pelung dilakukan seorang petani dan tokoh agama dari Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Cianjur, bernama H Djarkasih (Mama Acih). Dia memulai penangkaran sejak tahun 1850 dengan mengambil seekor ayam jantan muda yang diamatinya memiliki kokokan lebih panjang daripada yang lainnya.
Penangkaran dilakukan pertama kali dengan mengawinsilangkan dengan ayam betina biasa.
Kontes dan lomba ayam pelung telah menjadi kegiatan rutin bagi penggemar-penggemar fanatiknya. Bahkan dalam kunjungan ke Indonesia, Pangeran Mahkota Naruhito dari Jepang, yang dikenal sebagai pemulia ayam ras, menaruh perhatian terhadap ras ini dan membawa beberapa contoh ke Jepang untuk dibiakkan lebih lanjut.
Kuda kosong atau Helaran kuda kosong menjadi fakta menarik Cianjur sebagai budaya dan tradisi turun temurun di Cianjur. Budaya asli dari Cianjur ini, biasanya diadakan satu tahun sekali bertepatan dengan perayaan hari Kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu pada 17 Agustus setiap tahunnya.
Pawai kuda kosong punya maksud mengenang sejarah perjuangan para Bupati Cianjur tempo dulu. Saat Cianjur dijabat Bupati RA Wira Tanu seorang Dalem Pamoyanan RAA Wiratanudatar II, bupati diwajibkan menyerahkan upeti hasil palawija kepada Sunan Mataram di Jawa Tengah.
Dalem Pamoyanan RAA Wiratanudatar II yang dianggap sakti mandragunalah yang rutin ditugaskan untuk menyerahkan upeti tadi. Jenis upeti adalah sebutir beras, lada, dan sebutir cabai. Sambil menyerahkan tiga butir hasil palawija itu, Kangjeng Dalem Pamoyanan selalu menyatakan bahwa rakyat Cianjur miskin hasil pertaniannya. Biar miskin, rakyat Cianjur punya keberanian besar dalam perjuangan bangsa, sama seperti pedasnya rasa cabai dan lada.
Karena pandai diplomasi, Kangjeng Sunan Mataram memberikan hadiah seekor kuda kepada Dalem Pamoyanan. Seekor kuda jantan diberikan untuk sarana angkutan pulang dari Mataram ke Cianjur. Penghargaan besar Sunan Mataram terhadap Kangjeng Dalem Pamoyanan membuat kebanggan tersendiri bagi rahayat Cianjur waktu itu.
Jiwa pemberani rakyat Cianjur seperti yang pernah disampaikan Kanjeng Dalem Pamoyanan kepada Sultan Mataram membuahkan kenyataan. Sekitar 50 tahun setelah peristiwa seba itu, ribuan rakyat Cianjur ramai-ramai mengadakan perlawanan perang gerilya terhadap penjajah Belanda. Dengan kepemimpinan Dalem Cianjur Rd Alith Prawatasari, barisan perjuang di setiap desa gencar melawan musuh, sampai-sampai Pasukan Belanda kocar-kacir ke Batavia.
Itulah enam fakta menarik Cianjur yang tak luntur dimakan waktu tak lekang dimakan zaman. Fakta-fakta menarik ini pun semoga bermanfaat.
Editor: Asep Supiandi