Bambu patah selama perjalanan, tetapi dapat dihubungkan kembali dengan tanah kemudian diletakkan kembali di tandu. Saat ini, daerah yang menghubungkan bambu dengan tanah disebut Mangkubumi.
Perjalanan berlanjut, tetapi setelah berjalan jauh, tiba-tiba pengikutnya nagog atau berjongkok. Lokasi tempat nagog itu saat ini disebut nagrog. Setelah berjalan jauh, pengikut Eyang Prabudilaya melewati suatu tempat yang berudara dingin dan memutuskan untuk beristirahat sejenak.
Tempat peristirahatan itu dulu disebut kawasan maniis. Setelah lama beristirahat, jenazah Eyang Prabudilaya dibawa dan akhirnya dimakamkan di sebuah pulau di tengah Situ Gede.
Ketinggian air di tepi pulau di tengah-tengah Situ yang masih didiami masyarakat Maniis timur laut Situ Gede ini selalu sama pada musim kemarau dan musim hujan. Fenomena ini menunjukkan pulau terapung tidak bersentuhan dengan dasarnya.
Mitos menyebutkan, pasangan kekasih yang datang ke Situ Gede mau tidak mau akan hidup terpisah. Cerita lain, Situ Gede ada kaitannya dengan Situ Panjalu di Kabupaten Ciamis. Keterkaitan tersebut berasal dari keberadaan ikan Si Kokol yang terus berpindah dari Situ Gede ke Situ Panjalu dan sebaliknya.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait