Pimpinan Ponpes Al-Mizan Jatiwangi Majalengka KH Maman Imanulhaq memberikan orasi budaya pada Lokatmala Nite di Cianjur. (FOTO: ISTIMEWA)

“Saat itu banyak para pujangga yang sengaja datang ke Cianjur untuk mempelajari kebudayaan kita, untuk kemudian ditransmisikan kembali dari generasi ke generasi selanjutnya di luar sana,” ujar alumnus Pascasarjana Universitas Gadjah Mada itu.

Sayang, tutur Dhika, mungkin karena terlalu terbuai hingga abai pada nasib budaya kita, kabar kesenian khas Cianjur saat ini cenderung ‘pikamelangeun’ (menghawatirkan, red).
 
“Ganjar Kurnia pernah menulis sebuah sajak yang kemudian disanggi oleh ubun kubarsah. Melang sebuah tembang yang tak hanya tembang, tetapi juga sarat akan muatan nilai dan kondisi faktual terkait kebudayaan kita hari ini,” tutur Dhika yang dalam kegiatan Lokatmala Nite itu membawakan sejumlah puisi dan syair mamaos.
 
Dhika mengatakan, kebudayaan adalah DNA bangsa ini, dan kekuatan budaya merupakan sebuah modal utama dalam membangun sebuah bangsa. 
 
Apalah artinya renda-renda kesenian bila terpisah dari derita lingkungan. Apalah artinya berpikir bila terpisah dari masalah kehidupan. Kesadaran adalah matahari. Kesabaran adalah bumi. Keberanian menjadi cakrawala dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata,” ucap Dhika menyitir puisi Paman Doblang karya WS Rendra.


Editor : Agus Warsudi

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3 4 5 6 7 8

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network