Ismail memberi contoh, misalnya di desa para konten kreator memanfaatkan yang ada di sekitarnya, misalnya sungai, sawah, dan lain sebagainya.
"Ada dua aspek yang menarik, yang pertama sifat emosional bikin orang kasian, kreatornya orang tua, dieksploitasi, yang kedua kontroversial yang membuat ini jadi menarik buat publik, seperti mandi lumpur dan lain sebagainya," katanya.
Lantas bagaimana cara mengatasi hal tersebut? Ismail mengatakan tentunya sangat mudah, yakni netizen tidak perlu memberi gift kepada konten kreator itu.
"Prinsipnya kayak di pinggir jalan orang ngemis nggak dikasih, kalau dikasih terus dia bakal lakuin itu," ujar dia.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait