BANDUNG, iNews.id - Tensi politik di tubuh Partai Golkar Kabupaten Bandung memanas. Kondisi seperti itu terjadi menyusul kekalahan pasangan calon kepala daerah yang diusungnya di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Bandung, 9 Desember 2020 lalu.
Memanasnya tensi politik tersebut dipicu rencana pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Kabupaten Bandung. Dikabarkan, agenda perebutan kursi ketua DPD itu mengalami perubahan jadwal, dari semula 24 Desember 2020 menjadi 5 Januari 2021 mendatang.
Wacana yang berkembang, Dadang M Nasser, Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Bandung saat ini akan kembali mencalonkan diri untuk merebut kursi ketua DPD periode 2021-2025. Namun, hasrat politik Dadang M Nasser bakal mendapatkan tantangan berat dari lawannya yang juga pengurus Partai Golkar Kabupaten Bandung, yakni Anang Susanto.
Anang yang kini mengemban amanah sebagai wakil rakyat di DPR RI tampaknya cukup ‘pede’ untuk melanjutkan kursi kepemimpinan DPD Partai Golkar Kabupaten Bandung. Bahkan, pihaknya mengklaim telah didukung penuh 25 pengurus Partai Golkar tingkat kecamatan (PK) dari 31 PK di Kabupaten Bandung.
Apalagi, kalangan kader muda Partai Golkar menilai, Dadang Nasser telah gagal menakhodai partai yang dibuktikan dengan kekalahan telak pasangan calon kepala daerah yang diusung Partai Golkar di Pilkada Kabupaten Bandung, yakni Kurnia Agustina-Usman Sayogi.
"Kemarin yang keringat saja belum kering, betapa sakitnya jagoan kita (pasangan calon kepala daerah kalah). Terus martabat dan kehormatan Golkar sampai dipermalukan. Bukan masalah kalah menangnya, tapi ini dipermalukan dengan angka yang begitu jauh," kata Koordinator Pemenangan Anang Susanto, Agus Samsu Wahid di Bandung, Jumat (25/12/2020).
Menurut Agus, alasan lain 25 PK mendukung Anang Susanto, yakni keinginan agar Anang Susanto menggantikan Dadang M Nasser. Sehingga citra Partai Golkar Kabupaten Bandung dapat dibenahi dan diperbaiki setelah banyak menuai kegagalan dalam misi organisasinya.
"Kenapa Pak Haji Anang yang dipilih? Ini untuk mengobati luka yang tadi karena Pak Haji Anang dipandang bisa mengubah dan memperbaiki martabat partai golkar. Itulah alasannya,” ujarnya.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait