Ketua PD KMHDI Jabar Putu Lingga mengatakan, kenaikan harga BBM terjadi karena minyak dunia naik dan kurs rupiah melemah, disertai utang dolar Pertamina yang cukup besar.
“Maka itu, ini (pengalihan subsidi BBM) langkah safety (aman) yang harus ditempuh jika ingin mendorong perekonomian Indonesia tumbuh pascapandemi. Tentunya subsidi ini harus didorong ke sektor-sektor yang lebih urgen (penting dan mendesak),” kata Putu Lingga.
Ketua DPD IMM Jabar Faisal Amien Prawira mengatakan, setuju dengan kenaikan harga BBM bersubsidi. Kebijakan tersebut bentuk hadiah 77 tahun kemerdekaan Indonesia.
“Tentu, pemerintah juga harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi faktor kesejahteraan rakyat. Dengan menaikan harga BBM, tentu akan sangat mempengaruhi kesejahteraan rakyat,” kata Faisal Amien Prawira.
Sementara itu, Ketua Umum KAMMI Jabar Ahmad Jundi mengatakan, meminta pemerintah kembali menimbang rencana kebijakan tersebut. KMMI Jabar menolak kenaikan harga BBM subsidi dan nonsubsidi karena berdampak terhadap melonjaknya harga bahan pokok.
“Untuk itu, pemerintah harus menetapkan kebijakan yang tegas agar subsidi BBM tepat sasaran. Misalnya melarang pembelian pertalite untuk mobil, alokasi pertalite hanya diperuntukan untuk motor,” kata Ahmad Jundi.
Editor : Agus Warsudi
Cipayung Plus aktivis cipayung plus harga bbm harga bbm bersubsidi harga bbm naik harga bbm nonsubsidi kenaikan harga bbm tolak kenaikan harga bbm kota bandung
Artikel Terkait