Ditanya apakah oncom yang diolah menjadi tutug dan disantap bersama itu beli, Dedi kembali menegaskan, makanan itu diberi oleh tetangga.
"Gak (tidak membeli). Sering dikasih. Biasanya langsung dimasak digoreng, disayur. Tapi ini dua hari didiemin, gak goreng, gak disayur. tapi dibakar. Kalo orang kampung mah dibikin gegetug (tutug). Kan memang enak perasaan mah," tutur Dedi.
Diberitakan sebelumnya, Kasatreskrim Polres Cianjur AKP Anton mengatakan, penyidik sudah mengambil sampel nasi tutug oncom yang diduga sebagai penyebab tewasnya ibu dan anak, Aidah dan Fuji (20) yang sempat menjalani perawatan di RSUD Cianjur, namun nyawanya tidak tertolong, untuk diperiksa di laboratorium.
"Sampel tersebut akan diserahkan ke Dinkes Cianjur, untuk selanjutnya diuji di laboratorium guna mengetahui penyebab tewasnya kedua orang korban setelah mengkonsumsi oncom atau bukan," kata AKP Anton.
Dugaan sementara, tutur dia, olahan oncom menjadi penyebab keracunan hingga mengakibatkan korban meninggal. Namun belum dapat pastikan apakah ada unsur kelalaian dalam pengolahan atau memang oncom tersebut mengandung bahan berbahaya.
"Kami kepolisian masih mengecek ya secara scientific untuk mengetahui penyebab kematian. Tapi dugaan awal, korban meninggal seusai memakan makanan mengandung racun," ujar Kasatreskrim Polres Cianjur.
Editor : Agus Warsudi
kronologi keracunan dugaan keracunan keracunan keracunan makanan korban keracunan satu keluarga keracunan cianjur kabupaten cianjur warga cianjur jawa barat
Artikel Terkait