Kemudian, kata Dedi, ketiga anaknya pun hidup serba berkecukupan. Anak pertama sebentar lagi menyelesaikan kuliah di salah satu PTN di Bandung. Begitu juga anak kedua yang baru masuk PTS di Bandung dibiayai oleh Kang Dedi.
“Anak yang paling besar sudah hampir selesai di Unpad. Yang kedua masuk di Unpar fakultas hukum. Biayanya dari mulai uang masuk sampai biaya kos, saya yang jamin. Yang bungsu lagi lucu-lucunya diasuh oleh Teh Elis. Biaya pengasuhan, gaji tiap bulan saya yang menjamin karena tanggung jawab saya sebagai kepala keluarga,” ujar Kang Dedi.
Tidak hanya itu sejumlah aset keluarga pun sangat mencukupi untuk anak cucu. Seperti di Pasawahan yang menjadi rumah keluarga dan tempat anak-anak dibesarkan. Begitu juga rumah di Wanayasa yang juga sangat layak.
“Itu saya urus tiap hari dan bayar pajak juga listrik yang setiap bulan lebih dari Rp20 juta. Itu saya yang bayar. Di situ lah hidup saling bersama, saling berbagi, urusan beras sudah ditanggung negara, urusan lain saya yang nanggung termasuk aset-aset anak saya untuk masa depan,” tuturnya.
Sebagai pemimpin, kata Kang Dedi, sudah sepatutnya tidak lagi memikirkan diri sendiri. Namun yang lebih penting seorang pemimpin harus memikirkan kepentingan rakyat yang saat ini masih banyak mengalami kesusahan mulai dari pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga urusan usia muda menjadi PSK untuk menyambung hidup.
Editor : Agus Warsudi
anne ratna mustika Profil Anne Ratna Mustika bupati purwakarta purwakarta Kabupaten Purwakarta dedi mulyadi Kasus perceraian penyebab perceraian perceraian gugatan cerai
Artikel Terkait