Pengelola dua waduk ini juga harus memastikan keselamatan masyarakat jika dua bendungan yang saat ini dimamfaatkan untuk pembangkit listrik itu rusak, termasuk melakukan sejumlah mitigasi bencana soal dampak gempa yang diduga berasal dari Sesar Cirata.
Jika dua bendungan itu dipastikan aman sekalipun diguncang gempa besar, ujar Rifky Fauzi, masyarakat harus tahu. Tentu dengan penjelasan ilmiah. Jangan sampai ada isu liar sehingga menimbulkan keresahan yang berlebihan.
"Apalagi di era digital seperti sekarang, masyarakat gampang terpropokasi dengan kabar hoax yang bisa dengan cepat menyebar," ujar Rifky Fauzi.
Diketahui, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, terjadi tiga kali gempa yang membuat warga Kabupaten Purwakarta dan KBB panik, pertama pada Minggu malam pukul 22.41 WIB dengan magnitudo 4,1.
Tiga jam kemudian, gempa kedua terjadi pada Senin pukul 01.13 WIB, dengan Magnitudo 3,3. Gempa ketiga terjadi pada Senin pukul 02.41 WIB dengan kekuatan Magnitudo 2,8.
Pusat gempa yang pertama berada di koordinat 6,73 Lintang Selatan dan 107,35 Bujur Timur, tepatnya berlokasi di darat pada jarak 21 kilometer barat daya Kabupaten Purwakarta dengan kedalaman 6 kilometer.
Editor : Agus Warsudi
jatiluhur waduk jatiluhur pjt ii jatiluhur PLTS Cirata waduk cirata dprd purwakarta Kabupaten Purwakarta purwakarta gempa bumi bencana gempa bumi
Artikel Terkait