get app
inews
Aa Text
Read Next : Perempuan Ini Ngamuk saat Diminta Putar Balik di Cilegon 

Sosiolog Unpad Bicara Begini soal Banyak Warga Emosi Tersekat Larangan Mudik

Minggu, 16 Mei 2021 - 18:57:00 WIB
Sosiolog Unpad Bicara Begini soal Banyak Warga Emosi Tersekat Larangan Mudik
Tangkapan layar perempuan mengamuk karena diputar balik petugas saat hendak menuju Anyer, Serang. (Foto: Instagram)

BANDUNG, iNews.id - Sejak pemerintah memberlakukan aturan larangan mudik melalui penyekatan di jalanan, banyak beredar video masyarakat marah atau tak terima atas kebijakan tersebut.

Terbaru, seorang ibu sempat mengeluarkan kata kata kasar kepada petugas. Ada juga seorang pria berjaket merah mengaku anggota PSSI tak rela diputar balik. Juga ada video perempuan muda juga berkata kasar, membanting pintu mobil, dan melempar handphone karena tak terima harus putar balik. 

Menanggapi hal itu, Sosiolog Universitas Padjadjaran (Unpad), Nunung Nurwati mengatakan, munculnya reaksi masyarakat adalah akumulasi dari berbagai persoalan yang muncul. Karena, pada dasarnya masyarakat sudah tahu adanya larangan mudik atau mobilitas.

"Sebenarnya mereka bukan tidak tahu. Mereka hanya coba coba dan nekat, karena ada informasi warga lain bisa lolos. Ketika mereka diminta putar balik, mereka enggak terima, sehingga marah," kata Nunung kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Minggu (16/5/2021).

Menurut dia, kemarahan itu bentuk akan sikap frustasi masyarakat. Frustasi muncul karena ada harapan yang tidak sampai, sehingga mereka frustasi. Yaitu harapan bisa lolos dan sampai kampung halaman, tetapi dicegat di jalan, sehingga mereka kecewa. 

"Atau mungkin juga, kekecewaan masyarakat itu juga dipicu adanya informasi yang beredar bahwa ada WNA yang masuk ke Indonesia saat warga dilarang mobilitas. Jadi mereka bertanya tanya, kenapa WNA bisa masuk, sementara warga sendiri mau ke saudara dilarang. Itu mempengaruhi timbulnya emosi," ujar dia.

Artinya, kata dia, kondisi itu menimbulkan akumulasi reaksi warga. Mestinya, pemerintah harus tegas dan adil, dalam menerapkan aturan kepada semua orang, baik WNA atau WNI atau siapapun. Sehingga tidak ada kecemburuan sosial.

"Pemerintah, juga mestinya membuat kebijakan satu konsep, misalnya antara Menteri Perhubungan dengan lainnya. Kemudian aturan berlaku untuk semua orang tanpa kecuali. Sehingga tidak memicu kecemburuan sosial," katanya.

Karena, diakuinya, masyarakat saat ini agak abai, tidak seperti tahun lalu, mayarakat sangat masih takut atas pandemi. Saat ini bukan berarti tidak takut, tapi sedikit mengabaikan. Berbeda sekali dengan tahun kemarin. 

"Bisa jadi masyarakat sudah jenuh. Segala hal dibatasi dengan kebiasaan baru. Sementara mayarakat kita sukanya berkumpul. Dan berkumpul itu kebutuhan mendasar bagi masyarakat kita. Ini yang mesti terus disosialisasikan oleh pemerintah agar warga paham," ucap Nunung. 

Editor: Asep Supiandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut