Mengenal Waduk Jatiluhur, Bendungan Terbesar di Indonesia
Potensi air di waduk ini mencapai 12,9 miliar liter kubik per tahun dan menjadikannya sebagai waduk multifungsi di Indonesia. Waduk Jatiluhur bisa digunakan sebagai pengendalian banjir di Kabupaten Karawang dan Bekasi, pasokan air untuk rumah tangga, pemasok air untuk budidaya perikanan air payau, serta sebagai pembangkit listrik dengan kapasitas yang terpasang sebesar 187,5 MW. Selain itu, Waduk Jatiluhur berfungsi pula sebagai objek pariwisata.
Menyandang status sebagai bendungan paling besar di Indonesia, Waduk Jatiluhur memiliki genangan seluas kurang lebih 83 km persegi dengan luas keliling waduk 150 km. Melansir informasi yang ada di laman pemerintah Kabupaten Purwakarta, Waduk Jatiluhur membendung aliran Sungai Citarum dan memiliki daerah tangkapan di sekitar wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Bandung.
Mengulas sedikit sejarahnya, gagasan pembangunan Waduk Jatiluhur sebenarnya sudah digaungkan sejak abad ke-19 oleh para ahli. Pengukuran debit air Sungai Citarum untuk keperluan irigasi dan bendungan bahkan sudah dilakukan pada tahun 1888.
Kemudian, gagasan pembangunan waduk disempurnakan kembali oleh ahli pengairan Belanda, Willem Johan van Blommestein, pada tahun 1930. Blommestein mempresentasikan gagasan tersebut pada 18 Desember 1948 dalam acara tahunan pertemuan Persatuan Insinyur Kerajaan Belanda atau Koninklijk Instituut van Ingenieurs (KIVI) di Jakarta. Blommestein juga sudah melakukan rencana detail pembangunan 3 waduk besar di sepanjang Sungai Citarum.
Editor: Agus Warsudi