Mengenal Waduk Jatiluhur, Bendungan Terbesar di Indonesia
BANDUNG, iNews.id - Waduk Jatiluhur merupakan danau terbesar di Indonesia yang berlokasi di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Jarak bendungan tersebut hanya 9 km dari pusat kota Purwakarta.
Waduk Jatiluhur membendung aliran Sungai Citarum yang membentuk waduk dengan genangan seluas 83 kilometer persegi dan keliling waduk 150 km pada elevasi muka air normal 107 meter di atas permukaan laut (MDPL).
Pembangunan Waduk Jatiluhur mulai dilaksanakan pada 1957 dan dibangun oleh kontraktor Prancis, Compagnie Française d'Entreprise. Peletakan batu pertama Waduk Jatilihur dilaksanakan oleh Presiden Soekarno.
Soekarno kembali datang ke Waduk Jatiluhur pada 19 September 1965 dan menjadi kunjungan terakhir. Sebab, setelah itu terjadi tragedi pemberontakan Gerakan 30 September/PKI dan Soekarno lengser pada 1967.
Waduk Jatiluhur diresmikan oleh Presiden Soeharto pada Agustus 1967. Total biaya yang digunakan selama proses pembangunan mencapai USD230 juta.
Potensi air di waduk ini mencapai 12,9 miliar liter kubik per tahun dan menjadikannya sebagai waduk multifungsi di Indonesia. Waduk Jatiluhur bisa digunakan sebagai pengendalian banjir di Kabupaten Karawang dan Bekasi, pasokan air untuk rumah tangga, pemasok air untuk budidaya perikanan air payau, serta sebagai pembangkit listrik dengan kapasitas yang terpasang sebesar 187,5 MW. Selain itu, Waduk Jatiluhur berfungsi pula sebagai objek pariwisata.
Menyandang status sebagai bendungan paling besar di Indonesia, Waduk Jatiluhur memiliki genangan seluas kurang lebih 83 km persegi dengan luas keliling waduk 150 km. Melansir informasi yang ada di laman pemerintah Kabupaten Purwakarta, Waduk Jatiluhur membendung aliran Sungai Citarum dan memiliki daerah tangkapan di sekitar wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Bandung.
Mengulas sedikit sejarahnya, gagasan pembangunan Waduk Jatiluhur sebenarnya sudah digaungkan sejak abad ke-19 oleh para ahli. Pengukuran debit air Sungai Citarum untuk keperluan irigasi dan bendungan bahkan sudah dilakukan pada tahun 1888.
Kemudian, gagasan pembangunan waduk disempurnakan kembali oleh ahli pengairan Belanda, Willem Johan van Blommestein, pada tahun 1930. Blommestein mempresentasikan gagasan tersebut pada 18 Desember 1948 dalam acara tahunan pertemuan Persatuan Insinyur Kerajaan Belanda atau Koninklijk Instituut van Ingenieurs (KIVI) di Jakarta. Blommestein juga sudah melakukan rencana detail pembangunan 3 waduk besar di sepanjang Sungai Citarum.
Realisasi pembangunan Waduk Jatiluhur baru terlaksana pada tahun 1957. Namun, Compagnie française d'entreprise tercatat tidak menyelesaikan proyek pembangunan ini karena peristiwa PKI tahun 1965. Tenaga asing yang terlibat dalam pembangunan waduk itu pun kembali ke negara asalnya pada 15 Oktober 1965. Proses pembangunan waduk lantas dilanjutkan oleh para tenaga ahli Indonesia dengan memanfatkan alat-alat yang ditinggalkan.
Editor: Agus Warsudi