get app
inews
Aa Text
Read Next : Momen Prabu Siliwangi Nikah Beda Agama Tunjukkan Pajajaran Terbuka dengan Kedatangan Islam

Kebon Balong Sangkanurip Kuningan, Tersembunyi Situs Sejarah Kuningan Ratusan Tahun

Sabtu, 10 Desember 2022 - 14:39:00 WIB
Kebon Balong Sangkanurip Kuningan, Tersembunyi Situs Sejarah Kuningan Ratusan Tahun
Situs Kebon Balong Desa Sangkanurip, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan. (Foto: iNews.id/Yudi Sudirman) 

KUNINGAN, iNews.id – Suasana berbeda sangat terasa saat memasuki area alam Situs Kebon Balong Desa Sangkanurip, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan. Deretan pohon besar berjejer di sisi kiri dan kanan dengan daun yang sangat rimbun.

Pohon tua tumbuh di lokasi itu berjenis ambit (elaeocarpus grandiflorus), salam (syzygium polyanthum), dangdeur (bombax anceps), soka (saraca asoca). Bahkan tidak sedikit pohon yang sudah berusia ratusan tahun masih kokoh berdiri di tepi kolam besar berair jernih.

Di atas kolam itu banyak bunga teratai tumbuh elok, seakan menyambut di gerbang kepada siapa pun yang datang ke lokasi yang tak jauh dari tapal batas utara Kabupaten Kuningan–Kabupaten Cirebon.

Dua balong atau kolam keramat, yakni Balong Pancawarna dan Pancaroba menjadi pembuka pemandangan unik di wajah Kebon Balong. Kolam pertama seakan menjadi teras hutan kecil, di mana di dalamnya terdapat selokan mengalirkan air, di antara rimbunan ilalang, pohon-pohon raksasa, serta sumber mata air Sirah Kahirupan dan Cangkup Lingga berada di antara situs pendiri Desa Sangkanurip, yakni Mbah Buyut Sangkan.

Kolam kedua, menghampar pada sisi musala, sehingga selain berfungsi memperkuat keindahan Kebon Balong. Karena di dalamnya berisi ikan dewa (kancra bodas/putih) yang merupakan ikon Kabupaten Kuningan. Kolam ini tak hanya digunakan pengunjung untuk berwudhu, juga menjadi tempat berenang bersama ikan-ikan dewa. Dan kolam ini berukuran sekitar 20 X 20 meter persegi, sedangkan kolam utama yang menepi ke hutan kecil kurang lebih lebar 15 meter, dengan panjang 50 meter.

Meski pernah dipakai untuk pembuatan Jaka Sembung yang saat itu dibintangi Dicky Candra, dan lain-lain, keberadaan Kebon Balong di Blok Wage, Desa Sangkanurip, tak jauh dari Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) Sangkanurip Alami (SA). Selain itu, lokasi ini pun berjarak kira-kira 12,2 kilometer dari pusat Kota Kuningan. 


Rata-rata orang yang datang ke Kabon Balong berwisata religi dengan berziarah ke Situs Mbah Buyut Sangkan. Dengan menembus jalan setapak di antara akar-akar besar pohon raksasa, dan sejajar dengan selokan yang mengalirkan beningnya air. Tak sedikit pengunjung menggelar tikar di tanah berhias jatuhan bunga soka nan indah. Untuk makan sambil menikmati suara gesekan dedaunan tertiup angin yang menyatu bersama kicauan burung.

Situs Mbah Buyut Sangkan sendiri merupakan peninggalan tokoh penyebar agama Islam dan pendiri Desa Sangkanurip. Kepala Desa Sangkanurip, Jujun Junaedi, mengatakan, Mbah Buyut Sangkan awalnya seorang petani lahang (minuman khas Sunda yang terbuat dari nira atau air sadapan sari aren) bernama Ki Gedeng Paneresan, kemudian bertemu dengan Waliullah Syech Syarif Hidayatullah.

Saat pertama kali kedatangan Syarif Hidayatullah, kata Jujun, meski dalam keadaan serba kekurangan untuk menghormati tamunya Ki Gedeng Paneresan memaksakan diri menjamu dengan hidangan masakan ayam yang diambil dari indukan yang tengah mengerami 7 butir telur. Seusai sang wali makan, istri Ki Gedeng Paneresan menceritakan bahwa hidangan yang disuguhkan adalah induk ayam yang tengah mengerami telur.


Mendengar kabar dari istri Ki Gedeng Paneresan, Syarif Hidayatullah merasa kasihan, lalu menyuruh perempuan itu untuk mengumpulkan kembali sisa-sisa tulang dan bulu ayam tersebut. Kemudian memanjatkan doa kepada Allah SWT, ajaibnya seusai berdoa, ayam itu hidup dan bisa kembali mengerami telur. Semenjak itu kampung atau desa dinamakan Sangkanurip, yang artinya supaya hidup.

Setelah bertemu Wali Allah, sedikit demi sedikit Ki Gedeng Paneresan belajar tentang agama Islam, hingga di saat akan mengambil air lahang diajari untuk membaca dua kalimat syahadat. Anehnya, setelah membaca syahadat lodong bambu tempat lahang mendadak menjadi berat, saat ditumpahkan ternyata berisi emas dan berlian.

“Dari perisitiwa ini, menurut cerita sesepuh desa, Ki Gedeng Paneresan dinamai menjadi Mbah Beunghar. Beliau akhirnya memiliki tiga nama yakni, Ki Gedeng Paneresan, Mbah Buyut Sangkan dan Mbah Beunghar. Mbah Buyut Sangkan inilah merupakan pemimpin pertama Desa Sangkanurip, Kecamatan Cigandamekar, juga salah satu tokoh penyebar agama Islam di Kabupaten Kuningan,” tutur Jujun. 

Editor: Asep Supiandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut