Jalan Tol Cipali Ambles, Pengelola Perpendek Contra Flow Jadi 1 Km
SUBANG, iNews.id - Jalan tol ambles di ruas Km 122.400 Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) sepanjang 40 meter masih dalam penanganan petugas. Untuk memperpendek jarak contra flow dari 9 kilometer (km) menjadi 1 km, petugas menambahkan U turn yang berjarak 1 km.
Direktur Operasional Astra Tol Cipali Agung Prasetyo mengatakan, untuk memperlancar arus kendaraan yang melintas di Tol Cipali, petugas menambahkan u-turn berjarak 1 km sehingga contra flow yang semula dilakukan sepanjang 9 km dari Km 126 hingga Km 117 menjadi lebih pendek hanya 1 km. "Dengan cara ini, contra flow lebih pendek menjadi 1 kilo (km)," kata Agung ditemui di lokasi.
Selain itu, ujar Agung, PT Astra Tol Cipali juga mengundang konsultan, termasuk dari Bina Marga dan Badan Pengelolaan Jalan Tol (BPJT) untuk berkoordinasi dalam penanganan amblesnya jalan tol di Km 122.400. "Agar 100 meter (jalan ambles) yang kami tangani ini bisa selesai dalam waktu 1,5 bulan," ujarnya.
Agung menuturkan, saat ini, petugas sedang melakukan pengukuran dan penyelidikan tanah. Besok atau lusa petugas dapat melakukan pemancangan fondasi. "Titik ambles hanya 40-50 meter. Tapi yang ditangani 100 meter dengan kedalaman 2 meter," tutur Agung.
Sementara itu, berdasarkan pantauan arus lalu lintas di Tol Cipali, ruas Kabupaten Subang, tepatnya di titik ambles, ramai lancar. Petugas masih tetap memberlakukan contra flow sepanjang 9 kilometer.
Diberitakan sebelumnya, ruas jalan tol di Km 122.400 Tol Cipali ambles pada Selasa (9/2/2021) dini hari. Beruntung peristiwa itu tak menyebabkan kecelakaan pengendara yang melintas.
Berdasarkan analisis tim Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Suber Daya Mineral (ESDM), jalan ambles itu diduga disebabkan empat faktor.
Pertama, kemiringan lereng yang tidak tercantum curam, sehingga gerakan tanah relatif lambat. Kedua, kemungkinan material timbunan yang kurang padu atau mudah tererosi.
Ketiga, pengaruh dari erosi air permukaan (air hujan maupun aliran sungai) di kaki lereng mengingat lokasinya yang berada tidak jauh dari sungai besar. Terakhir, keempat, curah hujan yang tinggi menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah.
Kepala PVMBG Andiani mengatakan, jenis gerakan yang terjadi di wilayah Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, Selasa (9/2/2021) pukul 03.00 dini hari itu, merupakan nendatan lambat atau rayapan yang ditandai dengan retakan pada badan jalan.
Secara umum, ujar Andiani, lokasi bencana yang berdampak retakan dan amblesnya jalan hingga tidak dapat dilalui kendaraan dan menyebabkan arus lalu lintas di Tol Cipali tersendat itu merupakan daerah landai hingga agak curam yang berada di bantaran Sungai Cipunagara dengan kemiringan lereng di bawah 20 derajat.
Lokasi bencana tersebut berada pada ketinggian 20-25 meter di atas permukaan laut. "Di sekitar area gerakan tanah tidak terdapat struktur geologi berupa lipatan maupun sesar/patahan," ujarnya.
Andiani menuturkan, berdasarkan Peta Prakiraan Terjadinya Gerakan Tanah Bulan Februari 2021 di Kabupaten Subang, ruas Jalan Tol Cipali km 122 juga berada pada wilayah dengan potensi gerakan tanah rendah.
"Artinya, pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah, kecuali pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai dan gawir atau jika lereng mengalami gangguan. Sedangkan gerakan tanah lama (di sekitar lokasi bencana) telah mantap kembali," tutur Andriani.
Editor: Agus Warsudi