Ini Fakta-fakta Menarik Seputar Ripple XRP
2. Death Cross Baru dan Indikator Teknikal Lainnya
Terjadinya death cross pada XRP yang sempat membuat para trader dan pengamat teknikal panik. Death cross muncul ketika moving average jangka pendek jatuh di bawah moving average jangka panjang, sebagai sinyal bahwa momentum bullish mungkin melemah.
Setelah XRP mencapai puncak di sekitar 3,187 Dolar AS, harga turun selama dua hari berturut-turut hingga sekitar 2,95 Dolar AS sebelum sedikit rebound. Ini menunjukkan bahwa overbought condition memicu koreksi.
Meskipun begitu, fakta bahwa setelah koreksi tersebut, XRP masih berusaha menahan posisi di atas 3 Dolar AS menunjukkan bahwa bulls (pembeli) belum menyerah. Support di sekitar 3 Dolar AS dianggap kritikal.
3. Penurunan Suplai XRP di Beberapa Bursa
Ada laporan bahwa suplai XRP di beberapa bursa besar (misalnya Coinbase) telah menurun drastis dalam beberapa bulan terakhir. Contohnya, dari ~970 juta XRP di beberapa wallet cold di bursa tersebut turun menjadi sekitar ~99 juta XRP yang tersebar di lebih sedikit wallet.
Penurunan suplai ini (supply tightening) dianggap sebagai salah satu faktor yang bisa memicu kenaikan harga signifikan jika permintaan tetap atau meningkat. Analis bahkan menilai bahwa ada potensi XRP melonjak ke 5 Dolar AS dalam kondisi tertentu.
4. Pertumbuhan Peluang ETF dan Regulasi yang Semakin Mendekat
XRP sudah lama dikaitkan dengan kemungkinan persetujuan ETF (Exchange Traded Fund) berbasis XRP. Fakta menariknya adalah peluang persetujuan ETF ini makin tinggi menurut prediksi dari beberapa analis dan pasar prediksi (prediction market).
Meski ada penundaan keputusan terkait beberapa aplikasi ETF (misalnya WisdomTree) hingga bulan-bulan mendatang, investor tampaknya optimis terhadap kemungkinan persetujuan. ETF yang disetujui bisa membuka akses institusi besar yang sebelumnya enggan langsung membeli crypto karena regulasi atau kepatuhan hukum.
Dengan ETF, investor institusi yang tidak mau langsung pegang aset crypto bisa berinvestasi secara lebih mudah dan aman.
Editor: Anindita Trinoviana