Helaran Budaya Cianjur 2022, Jatayu Ingatkan Pemerintah Lindungi Satwa Endemik Elang Jawa
CIANJUR, iNews.id - Puluhan ribu warga Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Sabtu (20/8/2022) tumpah ruah memenuhi jalan utama yang menjadi jalur Helaran Budaya Cianjur 2022, Sabtu (20/8/2022). Salah satu penampilan yang menjadi pusat perhatian adalah sosok Jatayu yang dibawakan seniman tari dan koreografer Wina Rezky Agustina.
Sosok Jatayu, tokoh pewayangan itu diidentikkan dengan Elang Jawa, satwa endemik hutan-hutan di Pulau Jawa yang saat ini terancam punah. Kemunculan Jatayu dalam helaran tersebut upaya seniman mengingatkan pemerintah untuk melindungi Elang Jawa atau Garuda dari kepunahan.
Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan, Helaran Budaya Cianjur 2022 merupakan pawai yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Tahun ini helaran pertama kali digelar pascapandemi Covid-19.
Selain HUT ke-77 Kemerdekaan RI, kata Bupati Cianjur, helaran ini juga digelar untuk memeriahkan HUT Kabupaten Cianjur. “Alhamdulillah kita bisa kembali menyelenggarakan kegiatan helaran yang dinantikan seluruh warga Cianjur. Ini menjadi bukti kalau Covid-19 di Cianjur sudah aman dan terkendali,” kata Bupati Cianjur.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Cianjur Yusup Gigan memberikan apresiasi penampilan tokoh Jatayu dalam Helaran Budaya Cianjur tahun ini. “Penampilan Jatayu berhasil membawa ingatan kita kepada nilai-nilai yang menjadi kekayaan khasanah kebudayaan,” kata Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Cianjur.

Yusup Gigan menyatakan, kehadiran Jatayu juga mempresentasikan kreativitas pelaku seni dengan kemungkinan-kemungkinan baru dalam kekaryaan. “Jatayu yang dibawakan Wina memang luar biasa,” ujar Yusup Gigan.
Sebelumnya, Direktur Program Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia, Dika Dzikriawan mengatakan, helaran ini milik warga Cianjur yang memang seharusnya pemerintah hadir di dalamnya.
“Kami berterima kasih kepada Pemkab Cianjur yang mendukung pesta rakyat ini setelah pandemi Covid-19 mereda,” kata Dika yang juga Tenaga Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Cianjur itu, Kamis (18/8/2022).
Dika Dzikriawan menyatakan, selain kehadiran Kuda Kosong, tampil pula tokoh Jatayu dalam helaran ini. Jatayu ditampilkan dalam konsep tari jalanan menggunakan egrang setinggi 1 meter tanpa pegangan oleh Wina Rezky Agustina.
“Jatayu sejatinya adalah simbol keprihatinan kami terhadap salah satu satwa endemik penghuni hutan-hutan Cianjur, yakni Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi),” ujar Dika Dzikriawan.
Padahal, tutur Dika Dzikriawan, Jatayu atau Elang Jawa sering dikenal sebagai perwujudan Burung Garuda. Penguasa angkasa di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang kini terancam punah.
Wina Resky ‘Jatayu’ Agustina merupakan lulusan Pascasarjana Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung 2021 Program Penciptaan dan Pengkajian Seni. Pernah mengikuti International Dance Festival angkatan pertama 2008 Mengikuti Jakarta Berlin Art Festival di Jerman 2013.
Selain sebagai koreografer/penari, aktif di beberapa kelompok teater diantaranya Mainteater Bandung, Titimangasa Foundation dan Teater Payung Hitam. Wina memiliki pengalaman dalam berbagai garapan tari dan teater diantaranya CO Teater Tari Citraresmi, Koreografer Drama Musikal Gebyar 70th Regina Pacis 2018, Ronggeng Kulawu sebagai Koreografer 2018-2019, Teater Musikal Bulbul 2021 dan kini Founder Lokatmala Foundation.
Aktivitas yang sedang dilakukannya saat ini selain terlibat dalam Pembinaan di Kampung Budaya Jalawastu Brebes bersama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia (BPIP RI) juga menjadi tim Riset Floating Heritage Festival bersama ISBI Bandung 2021-2024.
Saat tampil memukau di acara helaran itu, Wina berkolaborasi dengan Sanggar Medalsari Karangtengah, Kecamatan Karangtengah dan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur.
Sementara itu, Wina Rezky Agustina mengatakan, alasan membawakan tokoh Jatayu dalam acara karena berdasarakan catatan, Elang Jawa atau Jatayu itu, kini tinggal beberapa ekor lagi.
"Satwa endemik Ini harus kita jaga agar Burung Garuda bisa tetap lestari dan terbang di bumi Cianjur. Kami mencoba mengeksplorasi kegelisahan ini melalui tari,” kata Wina yang juga Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Cianjur itu.
Editor: Agus Warsudi