Hebat, 2 Desa di Jabar Jadi Percontohan Pelayanan Masyarakat secara Digital
Hal ini tergambarkan dari proses digitalisasi layanan desa, yang mana tercatat pemprosesan 1.155 surat, 96 informasi, 7 laporan, dan 68 berita dari 903 warga pengguna aktif aplikasi tersebut.
Jaja menyatakan, selain antreian panjang masyarakat sudah tidak ada lagi, SVN juga memberikan kebanggaan tersendiri karena Desa Pangandaran satu tingkat lebih baik dari desa lainnya.
"Untuk itu, kami sudah berencana anggarkan Rp300 juta dari APBDesa 2021 untuk peningkatan layanan Smart Village ini. Kami ingin bangun Smart Pole, ada banyak CCTV sehingga bisa lakukan pengawasan lingkungan, mantau kemacetan, dan lakukan perbaikan-perbaikan layanan ke masyarakat," ujarnya.
Sejumlah layanan SVN lain, seperti e-Posyandu dan eMonev juga sudah coba digunakan di desanya. Akan tetapi, keterbatasan pandemi dan sumber daya manusia, membuat keduanya masih belum optimal, seperti simpeldesa.
Di Desa Pangandaran, tutur Jaja, capaian yang menguntungkan pemerintah desa dicapai melalui digitalisasi UMKM melalui iKAS (kasir digital) dan elok (elektronik Loket) Desa. Per Juni 2021, IKAS sebagai solusi pencatatan transaksi UMKM (Point of Sales/POS) telah mencatat transaksi UMKM sebesar Rp800 juta lebih.
"Dengan separuh penduduk Desa Pangandaran merupakan pengusaha jasa pariwisata dan nelayan, aplikasi digital tersebut memudahkan keseharian mereka. Itupun dengan total pengguna relatif belum banyak dibandingkan potensinya namun sudah terasa manfaatnya," tutur Jaja.
Editor: Agus Warsudi