Gawat, Pergerakan Tanah di KBB Meluas Hingga 2 Hektare Ancam Rumah dan Perkebunan
BANDUNG BARAT, iNews.id - Pergerakan tanah di Kampung Nyalindung, RT 02/10 Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terus mengancam. Pasalnya, pergerakan tanah terus meluas hingga 2 hektare hingga membahayakan rumah serta area perkebunan.
"Dampak pergerakan tanah di Kampung Nyalindung terus meluas, saat ini luasnya sudah mencapai 2 hektare baik di wilayah permukiman, kebun, dan lahan persawahan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), KBB, Duddy Prabowo, Rabu (19/10/2022).
Duddy menyebutkan bencana pergerakan tanah itu sebenarnya sudah dilaporkan sejak dari tanggal 1 Oktober 2022. Saat itu dampak yang ditimbulkan belum terasa, namun sekarang pergerakan tanah semakin meluas. Kondisi itu dikarenakan akibat hujan yang saat ini intensitasnya sedang tinggi.
Faktor cuaca berimbas kepada kontur tanah menjadi labil apalagi permukiman yang ada di wilayah tersebut berada di pegunungan dan perbukitan. Hasil assesment di lapangan yang terdampak lahan persawahan seluas kurang lebih 1 hektare dan permukiman 1 hektare.
"Untuk rumah warga ada satu unit yang mengalami kerusakan cukup parah sehingga penghuninya mengungsi. Sementara ada 12 rumah lain yang terancam jika pergerakan tanah terus meluas," katanya.
Menurutnya, rumah warga yang rusak berat adalah milik Asep Taruna yang dihuni oleh tiga jiwa. Rumahnya mengalami retak-retak di seluruh bangunan sehingga rawan jika harus ditempati. Apalagi sekarang musim penghujan yang dikhawatirka membuat retakan tanah membesar dan menyebabkan longsor.
Lebih lanjut dikatakannya, lokasi Kampung Nyalindung berada di cekungan sebuah bukit Meluasnya pergeseran tanah itu diduga dipicu adanya hujan deras yang terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Terlebih wilayah itu berada di cekungan Bukit Nyalindung yang jadi aliran air hujan.
"Kalau pergerakan tanahnya, turun sekitar 1 meter dan untuk memastikan kondisi serta keamanannya, harus ada kajian dari badan geologi," ucapnya.
Editor: Asep Supiandi