Filosofi Dedi Mulyadi Naik Angkot ke PA Purwakarta dan Jabat Tangan Istri yang Gugat Cerai
Bagi Kang Dedi, orang harus sabar melewati ujian hidup dengan baik dan menerimanya secara lapang dada. “Jadi, orang yang menghina, mencaci maki, membenci, menghujat, merendahkan itu, adalah guru loh karena sedang mengajar kita,” ucapnya.
Kang Dedi mengasumsikan sebuah samurai yang terus diasah akan semakin tajam. Asahan samurai berada di dalam sarungnya sehingga setiap ditarik keluar secara otomatis akan terasah dan semakin tajam.
Bisa jadi, kata Kang Dedi, hidup seseorang sama dengan samurai, yakni diasah oleh orang terdekat, sehingga selalu menikmati setiap asahan hidup.
“Hampir 20 tahun saya menikmati asahan itu, makin tajam, makin tajam. Dari ketajaman itu lahirlah intuisi, lahirlah kepekaan, lahirlah banyak orang yang tertolong,” ujar Kang Dedi.
Setiap peristiwa, tutur Kang Dedi, selalu ada hikmah di baliknya. Maka, jangan sampai membenci kepada yang membenci. Justru sebaliknya harus menyayangi yang membenci karena itu adalah sebuah batu asahan agar diri lebih tajam.
Editor: Agus Warsudi