Anak 7 Tahun di Sukabumi Tanpa Anus dan Kelamin Butuh Biaya Pengobatan

SUKABUMI, iNews.id - Riyan Maulana (7), anak dari pasangan suami istri Dedi dan Euis, warga Kelurahan Jayaraksa, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, lahir tanpa anus atau atresia ani dan kelamin. Bocah yang tak terlahir di keluarga kurang mampu ini butuh uluran tangan dermawan untuk membiayai pengobatan.
Saat ini Riyan sedang berada di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung untuk berobat lanjutan karena sempat terhenti akibat keterbatasan biaya. Beruntung salah satu lembaga fundraising di Sukabumi, Sahabat Kristiawan Peduli (SKP) menyalurkan bantuan biaya pengobatan lanjutan Riyan.
Salah satu pengurus SKP, Wulan Prasetyo mengatakan, saat ini Riyan membutuhkan nutrisi akibat susah untuk makan nasi. Sedangkan untuk dapat menjalani tindakan operasi dibutuhkan kesiapan kondisi fisik sehat dan mental kuat.
"Untuk biaya pengobatan Riyan saat ini masih bisa ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kartu Indonesia Sehat (KIS). Namun, tidak menutup kemungkinan ada pembiayaan lain termasuk kebutuhan sehari-hari Riyan dan orang tuanya selama masa pengobatan di Bandung," kata Wulan Prasetyo kepada MNC Portal Indonesia, Senin (3/10/2022).
Wulan Prasetyo menyatakan, SKP akan berusaha untuk menutupi semua biaya pengobatan yang di luar tanggungan JKN KIS. Saat ini belum terlihat pembiayaannya karena baru dilakukan rontgen, cek laboratorium, dan kromosom.
"Tahap awal kemungkinan akan didahulukan tindakan pembuatan lubang anus dan untuk pembuatan alat kelamin. Kami belum sampai masuk ke arah situ. Cuman kemarin sudah diketahui dari hasil cek kromosom Riyan condong ke laki-laki," ujar Wulan.
Sementara itu, Dedi, ayah Riyan, yang merupakan seorang pedagang asongan mengatakan, kondisi anaknya yang tidak memiliki lubang anus dan kelamin ini terjadi sejak dari lahir. Enam hari pascakelahiran, Riyan pernah menjalani operasi colostomy.
"Dari situ karena pembiayaannya mogok untuk jalan ke Bandung jadi ditunda (operasi lanjutannya) dilanjutkan lagi pada 2018. Tapi 2018 ditunda lagi karena mogok biaya, sekarang dilanjut lagi karena ada pendampingan dari SKP," kata Dedi.
Editor: Agus Warsudi