Dimulai dari mengurus paspor, memastikan para santri telah divaksin lengkap dan melakukan pelatihan manasik haji/umrah yang sudah menjadi kurikulum pondok pesantren.
"Membuat paspor untuk para santri ini tidak mudah sebab kendalanya banyak yang belum memiliki KTP. Ada juga usianya yang belum genap 17 tahun. Maka enam bulan itu kami berusaha membereskan urusan paspor dan mengejar vaksin bagi santri yang belum lengkap vaksinnya," ungkapnya.
Giri Fajar Wibawa menambahkan, dana umrah yang digunakan para santri diambil dari bayaran perbulan sebesar Rp1,7 juta. Bayaran bulanan tersebut sudah termasuk kedalam fasilitas pesantren mencangkup biaya makan, kegiatan belajar, ekstra kurikuler dan laundry.
"Kami merupakan sekolah elite, tapi elite dari pelayanan dan kualitas pendidikan bukan dari biaya masuk atau bayaran per bulannya. Jadi program umrah ini merupakan komitmen pondok untuk para santri," katanya.
Viralnya umrah santri pondok pesantren Darul Arqam diharapkan Giri Fajar Wibawa menjadi inspirasi bagi pondok pesantren lain.
"Saat ini pemerintah mendorong bagaimana caranya pondok pesantren bisa mandiri. Bahkan Gubernur Jawa Barat membuat program One Product One Pesantren agar pesantren dapat mandiri secara ekonomi. Dan Darul Arqam bisa membuktikan itu," tuturnya.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait