Bahkan ada pengunjung yang kemping di halaman rumah Abah Jajang. "Ada yang dateng (hendak membeli rumah) dari Bandung, Yogyakarta, dan Australia," kata Abah Jajang.
Ada yang berani menawar rumah dari kayu, berdinding anyaman bambu, dan pekarangannya itu dengan harga Rp2 miliar. Namun, Abah Jajang menolak penawaran para calon pembeli itu.
Tidak disangka, alasan Abah Jajang menolak tawaran itu sangat filosofis dan sarat makna. "Kalau rumah ini jual berarti Abah mengurangi keluarga. Kalau tidak dijual, justru nambahan (menambah) keluarga," ujar Abah Jajang.
Maksud Abah Jajang, kalau rumah tidak dijual, akan banyak orang datang dan bersilaturahmi. Sebaliknya, jika rumah dijual, hubungan silaturahmi Abah akan terputus.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait