Limbah mirip awan mencemari Kali Rasmi, Bekasi (frame kiri). Gubernur Jabar Ridwan Kamil meninjau Kali Rasmi. (Foto: Facebook/Humas Pemprov Jabar)

BEKASI, iNews.id - Selesai menjalani karantina seusai lawatan luar negeri, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil langsung meninjau Kali Rasmi di Desa Wangunharja, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi. Ridwan Kamil datang ke Bekasi karena Kali Rasmi viral di media sosial setelah muncul limbah busa mirip awan. 

Fenomena akibat limbah itu terlihat cantik, namun bau. Peristiwa terjadi bertepatan saat Ridwan Kamil menghadiri Konferensi COP26 di Glasgow, Skotlandia pada Selasa (2/11/2021) pagi lalu.

Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu meminta warga, khususnya para pemuda sekitar Kali Rasmi dilibatkan dalam tim patroli untuk memantau pencemaran Kali Rasmi. 

Menurutnya, pelibatan warga, khususnya para pemuda sangat penting karena dapat membantu kerja petugas dalam memantau kesehatan sungai. Lewat patroli, diharapkan sumber pencemaran bisa terungkap. "Anak-anak muda di desa akan  patroli sungai. Patrolinya mencari sumber-sumber pencemaran," kata Kang Emil, Selasa (9/11/2021).

Menurut Kang Emil, berdasarkan pengalaman penanganan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, pencemaran berasal dari limbah pabrik dan rumah tangga atau domestik.

Karena itu, Kang Emil pun meminta patroli dilakukan pada malam hari dan atau saat hujan turun. Menurutnya, dua momen itulah yang kerap dimanfaatkan para pembuang limbah, agar aksinya tidak ketahuan warga sekitar sungai dan petugas.

"(Patroli) jangan di siang hari, kerjanya saat hujan dan malam. Kenapa sarannya terdengar aneh? Karena pencemaran berdasarkan pengalaman selalu dilakukan saat hujan, berharap mengalir dengan air hujan dan berharap gak ada yang lihat pada malam hari," ujar Kang Emil. 

GUbernur Jabar pun meminta Pemkab Bekasi meniru Program Citarum Harum dalam menangani pencemaran di Kali Rasmi, agar kejadian serupa tak terulang. Kualitas air Sungai Citarum  membaik dari asalnya cemar berat menjadi cemar ringan hanya dalam waktu tiga tahun. 

"Meng-copy keberhasilan Citarum. Sungai ini (Sungai Citarum) rumit karena melewati 13 kota/kabupaten. Dari yang asalnya hitam tercemar menjadi cemar ringan. Kalau Citarum skala besar saja bisa, kenapa kali yang lebih kecil tidak bisa. Kuncinya adalah kekompakan itu," tutur Gubernur Jabar. 

Adapun pola yang bisa diterapkan, kata Kang Emil, pentaheliks yang melibatkan semua stakeholders, pemerintahan, akademisi, pengusaha, komunitas, dan media. Pada program Citarum Harum, komunitas lingkungan dan pelibatan TNI/Polri sangat mudah dilakukan dan efektif. 

"Diharapkan semakin banyak penjahat lingkungan yang takut membuang limbah karena tentara dan polisi memiliki karakteristik tegas dan mengedepankan NKRI. Mari kita mulai tradisi melibatkan TNI, Polri, dan komunitas. Selama ini kalau tidak melibatkan TNI/Polri, yang buang limbah tidak takut," ucap Kang Emil. 

Kang Emil pun mencontohkan kasus satu pabrik yang membuang limbah ke Sungai Citarum selama bertahun-tahun tanpa diolah terlebih dulu. Praktik tersebut akhirnya diketahui oleh anggota TNI dan Polri dan saluran pembuangan limbahnya langsung dicor.

"Waktu di Citarum juga sama, bertahun-tahun enggak ada yang takut. Waktu TNI, Polri datang, langsung saluran limbahnya dicor. Tercatat ada 70 pabrik ngeyel kami bawa ke pengadilan," ujarnya. 

Sebelum ke pengadilan, tutur Kang Emil, sanksi sosial akan diberlakukan dengan meminta maaf secara terbuka kepada publik yang otomatis akan mempengaruhi citra baik perusahaan. Kemudian, perusahaan pun akan dihukum dengan membuat berbagai fasilitas pengolah libah atau infrastruktur antipencemaran. 

"Satu hal lagi yang harus ditiru adalah sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mulai dari hal terkecil yakni tidak membuat sampah atau limbah cair ke sungai. Tidak bisa pemerintah membereskan berbagai urusan sementara sumber yang bikin banjirnya datang dari mereka-mereka yang buang sampah sembarangan," tutur Kang Emil. 

Dengan pola yang sama dengan penanganan Sungai Citarum, Kang Emil optimistis penanganan Kali Rasmi dapat terselesaikan dengan cepat. Satu bulan pertama yang perlu dilakukan adalah penguatan organisasi, termasuk membentuk tim patroli dengan melibatkan pemuda. "Pola Citarum akan dipakai untuk diterapkan di Kali Rasmi ini. Waktu satu bulan kita selesaikan organisasinya," ucapnya. 

Sebelumnya diberitakan, warga dihebohkan dengan munculnya limbah yang mencemari Kali Rasmi. Limbah itu berbentuk buih yang kemudian menggunung hingga menyerupai awan. Peristiwa ini pertama kali dilaporkan oleh warga, Indra Lesmana (36) melalui media sosial.

Indra mengaku kejadian itu berlangsung sekitar pukul 05.30 WIB, Selasa (2/11/2021) pagi. Ketika hendak memancing di lokasi, Indra kaget dengan sungai yang telah dipenuhi busa.

"Jadi pas mau mancing ini, kaget saya. Ini apa, terus pas dideketin ternyata busa. Banyak banget. Dari jauh sih kaya awan gitu, bagus. Pas dideketin ya bau. Bau gimana sih kayak limbah gitu," kata Indra.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network