Lukisan imajiner tentang sosok Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi. (Foto: Istimewa)

Portugis saat itu sebenarnya ingin membantu, bahkan armada yang dipimpin Francisco de Sa yang mendapat tugas dari atasannya untuk membangun proyek benteng diangkat menjadi Gubernur di India.

Keberangkatan armada pasukan pun telah disiapkan, total ada 6 kaapl berangkat dari Goa India. Tetapi sesampainya di tengah perjalanan armada ini diterpa badai di Teluk Benggala, sehingga harus memakan waktu lebih lama untuk tiba di Sunda. 

Akhirnya ekspedisi Portugis yang awalnya menuju Banten, bergeser ke Malaka. Sebab Portugis mengetahui bahwa Banten telah jatuh di kekuasaan Hasanuddin. 

Di masa kepemimpinan Surawisesa inilah kedigdayaan Kerajaan Pajajaran mulai menurun, jika dibandingkan dengan Sri Baduga Maharaja masih hidup.

Pajajaran dengan Cirebon berada pads generasi yang sejajar. Walaupun yang berkuasa di Cirebon adalah Syarif Hidayatullah, tetapi di belakangnya berdiri orang - orang besar seperti Cakrabuana atau yang memiliki nama asli Haji Abdullah Iman.

Kekuatan Cirebon memang saat itu masih lemah, tapi pernikahan politiinya dengan Demak ditambah hubungan diplomatik dnegan Demak membuat kekuatan Cirebon bertambah.

Cirebon lambat laun mulai tumbuh dan memiliki jati diri kuat di Jawa Barat. Cirebon dan Demak berhasil menguasai kota - kota dekat pelabuhan.


Editor : Nur Ichsan Yuniarto

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network