Pada 1925, lanjut dia, dilakukan kembali perencanaan pembangunan jalur KA Garut ke Cikajang dengan panjang jalur sekitar 28 km. Adapun pengerjaannya dilakukan pada 1926 oleh perusahaan KA di Hindia Belanda, yaitu Staasspoorwegwn (S.S).
Konstruksi pemasangan rel pada kilometer yang baru pada jalur kereta api Garut ke Cikajang pun terus dilakukan. Prof Kunto menuturkan, pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan jalur Garut ke Cikajang selesai dibangun dan diresmikan pada 31 Juli 1930.
Pada acara peresmian tersebut dihadiri oleh para petinggi S.S. dan barulah di 1 Agustus 1930 jalur KA Garut ke Cikajang resmi dibuka untuk lalu lintas umum. Prof Kunto menjelaskan, pembangunan jalan kereta api oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada masa itu bertujuan untuk menciptakan sarana angkutan umum massal, terutama guna mengangkut hasil perkebunan dari daerah Garut selatan, seperti di Cikajang, Cisompet, dan Pameungpeuk yang laku untuk pasaran Eropa.
"Hasil perkebunan berupa teh, kina, dan karet diangkut dari stasiun Cikajang ke Stasiun Garut," ucapnya.
Dari Stasiun Garut, lanjutnya, kemudian hasil perkebunan itu diangkut ke Stasiun Cibatu untuk dikirim ke Batavia (Jakarta). Selain mengangkut barang, kereta api pada masa itu juga digunakan untuk mengangkut orang, seperti pedagang, pekerja atau mereka yang mempunyai kepentingan tertentu.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait