Kondisi Stasiun Cikajang terkini dengan kondisi sebagian atap rusak dan hilang. Warna catnya yang pudar dan kusam telah penuh dengan coretan gambar. (Foto: iNews.id/Fani Ferdiansyah)

GARUT, iNews.id - Berada di ketinggian 1.246 meter di atas permukaan laut (mdpl), Stasiun Cikajang merupakan stasiun kereta api (KA) tertinggi yang pernah ada di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Namun, stasiun yang berada di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, ini telah nonaktif sejak ditutup di tahun 1982 silam. 

Terletak di Kampung Padasono, Desa Padasuka, Kecamatan Cikajang, jarak stasiun ini hanya sekitar 50 meter dari Jalan Raya Cikajang. Saat masih berfungsi, Stasiun Cikajang merupakan stasiun paling ujung di Kabupaten Garut. 

Stasiun Cikajang dibangun pada masa kolonial pemerintah Belanda di tahun 1926. Stasiun ini dibangun bersamaan dengan pembangunan lintas Garut–Cikajang, sebagai hasil dari percobaan jalur kereta api ekstrem lintas pegunungan, serta menjaring pusat perekonomian ketiga di Garut yaitu daerah Cikajang. 

Jalur ini pun dibuka pada tanggal 1 Agustus 1930. Ketika masih aktif hingga tahun 1980-an, Stasiun Cikajang selalu ramai dikunjungi oleh pengguna jasa angkutan yang hendak bepergian dengan kereta api. 

Hingga akhirnya stasiun ini ditutup pada tahun 1982 karena sarana yang sudah tua dan kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan angkutan umum yang kala itu mulai berkembang. Spot di jalur ini sebenarnya sangat indah, sehingga menarik perhatian para railfans dari luar negeri untuk menyaksikan aksi lokomotif uap di jalur ini.

Guru Besar Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Prof Kunto Sofianto, M.Hum, Ph.D, menuturkan, pembangunan jalur KA Cibatu, Garut, dan Cikajang merupakan bagian dari rencana pembangunan KA jalur Priangan dan Cilacap. 

Pembangunan jalur Priangan-Cilacap dibangun dalam dua tahap, yakni tahap pertama antara Cicalengka dan Garut di 1887-1889, dan tahap kedua antara Warungbandrek dan Cilacap pada 1889-1893. 

"Meskipun pada 1887 dimulai pengerjaan jalur antara Cicalengka dan Cilacap, namun pembangunan jalur KA Cicalengka, Cibatu, dan Garut didahulukan," kata Prof Kunto Sofianto belum lama ini. 

Kunto menyebut setelah pembangunan KA jalur Cicalengka ke Garut selesai, maka pada 1889 jalur itu mulai beroperasi. Kemudian pembangunan jalur KA dilanjutkan untuk lintas Garut ke Cikajang, dengan konstruksi untuk jalur itu dimulai pada 1914 setelah dilakukan survey lapangan. 

"Daerah yang dilewati jalur KA Garut ke Cikajang dinilai sangat menguntungkan karena akan menghidupkan ekonomi di daerah sekitarnya, mengangkut hasil perkebunan, dan juga menghidupkan sektor pariwisata," ujarnya. 

Menurut Kunto, kendala yang dihadapi oleh para pekerja ketika itu adalah adanya wabah penyakit akibat keadaan cuaca yang sedang musim hujan sehingga terjadi keterlambatan konstruksi. Dari survey lapangan tentang Amdal dan kelayakan studi tentang data ekonomi dan perdagangan untuk pengoperasian jalur KA Garut ke Cikajang dinilai sudah layak. 

Selama proses pengukuran, tambahnya, ditentukan juga perkiraan biaya konstruksi dan persiapan biaya operasi yang terus berlangsung. Pengeluaran biaya pada jalur Garut-Cikajang sebesar 16715,31 gulden. 

Biaya konstruksi pada 1917 sebesar 407,19 gulden dan siap untuk pemasangan rel pada awal 1918. Konstruksi jalur KA Garut ke Cikajang hingga 1919 sepanjang 32 Km dan biaya pembangunannya diperkirakan sebesar 4.000.000 gulden. 

"Oleh karena biaya operasional konstruksi jalur KA Garut ke Cikajang dianggap terlalu besar dan belum bisa tertangani akibat keterbatasan dana, maka konstruksi jalur KA Garut ke Cikajang dihentikan untuk sementara waktu," tuturnya. 


Editor : Asep Supiandi

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network