Kesenian tradisional Sisingaan khas Subang, Jawa Barat. (FOTO: infobudaya.com/kemendikbud.go.id)

Berdasarkan catatan sejarah, kesenian Sisingaan pertama kali muncul pada 1840. Saat itu, kesenian Sisingaan dibawakan oleh para seniman dari Ciherang, berjarak sekitar 5 kilometer (km) dari kota, pusat pemerintahan Kabupaten Subang. 

Singa yang diarak para pemain Sisingaan merupakan simbol Belanda dan Inggris. Orang-orang kulit putih dari dua negara tersebut merupakan penjajah yang bergantian menggarap lahan perkebunan teh di Subang. Tuan tanah dari Belanda dan Inggris itu pula yang menindas rakyat Subang kala itu.

Boneka singa jadi simbol penjajah Belanda dan Inggris yang ditunggangi dan dikendalikan oleh anak kecil sebagai personifikasi rakyat Subang, bermakna ejekan dan pelecehan terhadap lambang kebanggaan bangsa kolonial itu. 

Singkat kata, simbol boneka singa yang diduduki anak kecil dapat ditafsirkan sebagai sikap antikolonialisme rakyat Subang. Karena berasal dari semangat rakyat, sampai sekarang, kesenian Sisingaan masih eksis di Kabupaten Subang. Bahkan, Sisingaan juga kerap ditampilkan di beberapa daerah lain di Jawa Barat.

Jika dulu Sisingaan, baik boneka singa maupun pemainnya, tampil sederhana, seadanya, kini lebih warna warni. Dulu, pemain Sisingaan hanya mengenakan baju dan celana pangsi dan ikat kepala, tidak seragam. Boneka singa yang diusung pun sangat sederhana.


Editor : Agus Warsudi

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4 5
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network