Ilustrasi terperiksa tengah menjalani tes kebohongan dengan alat lie detector. (Foto: Ilustrasi/Istimewa)

BANDUNG, iNews.id - Untuk mengungkap kasus pembunuhan ibu dan anak, Tuti Suhartini (55) dan Amelia Mustika Ratu (23) di Kampung Ciseuti, Desa/Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, penyidik Dit Tipidum Bareskrim Polri melaksanakan tes kebohongan kepada Yosef Hidayah dan istri mudanya, Mimin. Tes itu menggunakan alat lie detector atau pendeteksi kebohongan.

Lie detector adalah sebuah mesin poligraf yang dilengkapi sensor khusus guna mendeteksi kebohongan manusia. Alat ini ditemukan pada awal 1902. Seiring perkembangan zaman, lie detector kini memiliki banyak versi modern dan lebih canggih.

Alat pendeteksi kebohongan digunakan untuk mengungkap kebenaran di balik sikap tertutup orang yang dicurigai. Dengan alat ini biasanya, sesuatu yang disimpan dan disembunyikan oleh seseorang yang terindikasi sebagai terduga pelaku kejahatan, bisa diketahui.

Lantas, bagaimana mekanisme kerja alat lie detector sehingga penyidik kepolisian bisa menyimpulkan seseorang layak dijadikan terduga pelaku atau tersangka tindak kejahatan atau tidak?

Dihimpun dari beberapa sumber, berikut mekanisme kerja alat pendeteksi kebohongan itu:

1. Lie detector bekerja dengan cara mencatat dan merekam reaksi seseorang dalam bentuk gelombang elektro magnetik ketika dia dicecar sejumlah pertanyaan secara berkelanjutan.

2. Empat hingga enam sensor dipasang di tubuh terperiksa selama proses tes kebohongan berlangsung. Sensos itu untuk mendeteksi respons organ vital, yakni, detak jantung, pernapasan, dan kulit. Saat seseorang berbohong, organ vital itu memberikan respons berbeda jika berkata jujur. Begitu juga jika si terperiksa berkata jujur.

3. Reaksi psikologi dan organ vital muncul ketika si terperiksa mengucapkan sesuatu yang tidak benar. Tanpa disadari akan memengaruhi kerja organ tubuh. Melalui sensor-sensor yang menempel di tubuh, penyidik bisa menemukan perubahan normal dan abnormal pada ketiga fungsi organ vital tubuh si terperiksa.

Hasil atau respons organ vital itu langsung tertera di sebuah kertas grafis. Pemeriksaan melalui lie detector umumnya berlangsung kurang lebih dari 1,5 hingga 2 jam.

4. Selain 4-6 sensor, terdapat pula alat sensor digital lain yang dihubungkan ke seluruh tubuh untuk mengetahui ada tidaknya perubahan psikologi ketika seseorang berbohong dan atau berkata jujur. 

5. Tiga sensor utama pada lie detektor, yakni, sensor Pneumograph untuk mendeteksi embusan napas. Sensor ini dipasang di dada dan perut. Sensor ini bekerja ketika ada kontraksi di otot dan udara di dalam tubuh.

Sensor Blood Pressure Cuff, untuk mendeteksi perubahan tekanan darah dan detak jantung. Sensor kabel ini ditempelkan dibagian nadi pada lengan terperiksa. Cara kerjanya dideteksi lewat denyut jantung atau aliran darah.

Sensor Skin Resistance, untuk melihat dan mendeteksi keringat di tangan. Umumnya sensor ini dipasang di jari-jari tangan, sehingga penyidik tahu seberapa banyak keringat yang keluar ketika Anda keadaan terpojok dan berbohong.

6. Akurasi hasil pemeriksaan menggunakan lie detector umumnya 90 persen akurat. Namun hasil ini belum tentu berlaku untuk semua kasus. Pasalnya, alat ini hanya memonitor dan menunjukkan reaksi perubahan psikologis ketika terperiksa mengucapkan sesuatu atau merespons pertanyaan. 

Reaksi fisik seperti gagap, berkeringat, atau gerak bola mata yang tidak fokus, tidak selalu menjadi petunjuk terperiksa berbohong. Bisa saja reaksi itu muncul karena terperiksa gugup, stres, lelah, dan merasa tidak nyaman dalam suatu kondisi tertentu.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network