“Pada saat itu, beliau (Ateng Sarton)dibawa ke Sungai Cimunjul yang lokasinya di sebelah selatan Pertigaan Suryo. Di situ Ateng Sarton di suruh berdiri di atas batu, kemudian sekelompok regu tembak memberondongnya dengan senapan,” kata Said, Rabu (10/11/2021).
Ateng Sarton pun meninggal di tempat itu setelah meneriakan takbir dan pekikan merdeka sebanyak tiga kali. Begitu tubuhnya roboh dan gugur, anggota regu tembak itu pun kemudian meninggalkan Ateng Sarton yang sudah tak bernyawa telungkup pada bebatuan di Sungai Cimunjul.
Kisah heroik Ateng Sarton pun seolah lenyap seusai eksekusi tersebut. Bahkan, sejak saat itu tidak diketahui keberadaan jasadnya, seperti ditelan bumi. Tak heran sampai saat ini makamnya pun belum ditemukan.
“Bisa saja jasadnya ada yang membawa dan diurus warga sekitar atau mungkin juga hanyut terbawa arus sungai. Sebab sampai sekarang tidak diketahui kuburannya di mana,” ujar Widodo.
Harapan dia di Hari Pahlawan ini, harus ada upaya serius dari Pemkab Purwakarta untuk menelusuri dan membuat penelitian sejarah. Sebab, banyak pejuang-pejuang dia masa kemerdekaan dari Purwakarta yang hingga hari ini tidak diketahui atau dikenal. Pengetahuan akan pahlawan juga diharapkan menjadi motivasi kuat bagi generasi muda dalam mengisi kemerdekaan ini.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait