Dalam pembuatannya, Widiyanto menerangkan, sate gecek sendiri tidak ditusuk seperti sate pada umumnya, melainkan dililitkan setelah melalui proses penggecekan daging hingga berbentuk berupa adonan. Bumbu bakarnya pun tidak menggunakan kecap, melainkan memakai kuah yang sudah dicampur rempah-rempah.
"Jadi dagingnya digecek menggunakan palu kayu yang terbuat dari kayu asam di atas batu model lumpang dengan permukaan datar. Selain itu, sate gecek ini rasanya agak manis, karena terdapat gula merah dalam campuran daging sapinya," kata dia.
Widiyanto mengaku, dalam sehari dia bisa menjual lebih dari 300 tusuk sate gecek. Satu porsi sate gecek berisi 10 tusuk dengan harga Rp25.000. "Mayoritas pelanggan saya adalah warga dari keturunan Tionghoa," ucap dia.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait