BEKASI, iNews.id - Arif (36), seorang disabilitas yang tinggal di Kota Bekasi, memiliki kisah inspiratif. Meski kemampuan akal dan ekonominya terbatas, Arif memiliki kepedulian dan semangat berkurban sangat besar, melampaui "orang normal".
Betapa tidak, dalam enam tahun terakhir, Arif rutin membeli hewan kurban untuk dikurbankan saat Idul Adha. Daging hewan kurban dibagikan kepada mereka yang berhak dan membutuhkan.
Arif merupakan pemuda berkebutuhan khusus, penyandang tunagrahita. Dia keliling menggunakan sepeda untuk mencari kardus bekas. Kardus-kardus itu dikumpulkan lalu dijual.
Selain memulung kardus, Arif juga sering membantu orang lain mencuci mangkuk pedagang bakso, menyalakan lampu penerangan jalan, dan membersihkan masjid di dekat rumahnya.
Hewan kurban itu dibeli Arif dengan menabung. Penghasilannya memulung kardus dan pekerjaan lain, dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga cukup untuk membeli hewan kurban, seekor kambing seharga Rp2,6 juta.
Sosok inspiratif Arif menarik perhatian anggota DPR Dedi Mulyadi yang sedang melakukan pekerjaan di Kota Bekasi. Dedi pun bertemu dengan Arif yang sedang merawat kambing kurban miliknya.
Arif bercerita, kambing tersebut dibeli dengan harga Rp2,6 juta. Uang untuk membeli hewan kurban, dia peroleh dari hasil bekerja kemudian disimpan di kotak yang diikat di atas sepeda. "Beli pakai uang Rp2.000-an. Kemarin beli Rp2,6 juta. Beli sendiri," kata Arif.
Pengakuan Arif itu dibenarkan oleh warga sekitar. Menurut warga, meski Arif berkebutuhan khusus tapi disenangi karena sosoknya periang dan sering membantu warga.
Sementara itu orang tua Arif, Widodo mengatakan anaknya ini rutin membeli hewan kurban sejak enam tahun lalu. "Kalau kurang (uang untuk membeli hewan kurban) kadang kami tambahin. Kalau tahun ini dia beli pakai uang sendiri semua," kata Widodo.
Widodo menyatakan mayoritas warga menyukai sosok Arif yang periang dan suka menolong. Namun tak semua orang senang kepada arif. Ada sejumlah tetangga dekat merasa terganggu hingga sering melapor ke RT RW.
"Rumah kan penuh sama kardus dan barang bekas yang dikumpulkan Arif. Katanya tetangga pada komplain hingga sering lapor ke RT, RW," ujarnya.
Selain mengumpulkan kardus di rumah, Arif juga sering berbuat nyeleneh. Seperti menyalakan televisi dengan volume keras. Hal itu tidak ditolerir oleh tetangga hingga akhirnya sering menegur orang tua Arif dan melaporkannya ke RT dan RW.
Pihak keluarga yang sudah tidak tahan dengan tekanan tetangga memilih mengalah dan akan menjual rumah yang terletak di Wisma Asri II, Blok A 20 No 11, RT 1 RW 20, Teluk Pucung, Bekasi Utara, Kota Bekasi itu.
"Akhirnya keluarga mengalah untuk jual rumah tapi sampai sekarang belum laku. Rencananya mau pindah ke Solo atau cari rumah di kampung," tutur Widodo.
Sementara itu, Dedi Mulyadi merasa kagum dengan sosok Arif. Meski Arif tidak berkewajiban berkurban, tapi setiap tahun memiliki tekad mandiri untuk membeli hewan kurban sendiri.
"Mungkin banyak orang yang melihat Arif dengan sebelah mata. Tapi mereka tidak pernah melihat ada kemuliaan di dalam diri Arif. Kemuliaan rasa mengalahkan kekurangan raga," ujar Dedi Mulyadi.
Dedi lantas memberikan sejumlah uang kepada Arif sebagai pengganti biaya membeli kambing. Uang itu bisa digunakan Arif untuk bekal sehari-hari.
Editor : Agus Warsudi
dedi mulyadi disabilitas disabilitas mental hak kaum disabilitas kaum disabilitas remaja disabilitas kota bekasi beli hewan kurban hewan kurban hewan kurban kambing
Artikel Terkait