Prasasti Tarumanagara
Prasasti peninggalan Purnawarna diberi nama berdasarkan lokasi penemuannya, yaitu Prasasti Ciaruteun, Prasasti Pasir Koleangkak, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Muara Cianten, dan Prasasti Cidanghiang. Prasasti-prasasti itu menyebutkan nama raja yang berkuasa adalah Purnawarman.
1. Prasasti Muara Cianten atau Ciaruteun A
Prasasti ini ditemukan di Muara Cianten, Kampung Muara, Desa Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Prasasti Ciaruteun ditemukan pada 1864 oleh NW Hoepermans dan beberapa arkeolog. Ukuran Prasasti Muara Cianten sekitar 2,7X1,4X1,4 meter dari batu andesit.
Sampai saat ini isi prasasti ini belum dapat dibaca sebab menggunakan huruf sangkha atau ikal seperti di Prasasti Pasir Awi dan Ciaruteun B. Terdapat ukiran laba-laba, telapak kaki, dan sajak beraksara Palawa dalam bahasa Sanskerta. Namun berdasarkan pembacaan Poerbatjaraka, prasasti ini berbunyi:
“Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.
2. Prasasti Jambu atau Koleangkak
Prasasti Jambu ditemukan di Desa Parakanmuncung, Kecamatan Nanggung, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, tepatnya di Perkebunan Karet Sadeng Djamboe atau 30 kilometer (km) sebelah barat Kota Bogor. Peninggalan Tarumanagara dari abad ke-V ini ditemukan pada masa penjajahan Belanda, Prasasti ini tepatnya pada 1854 oleh Jonathan Rigg.
Tulisan pada prasasti ini dipahat pada batu menyerupai segitiga berukuran sekitar 2-3 meter di tiap sisinya. Tertulis dalam huruf Pallawa dengan bahasa Sanskerta dan terdapat pahatan sepasang telapak kaki.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait