Ilustrasi Kisah Berakhirnya Kerajaan Tarumanegara yang membuat perbedaan tradisi Sunda dan Galuh. (Foto : Ist)

Dia dikisahkan sangat kejam, tidak mengenal belas kasihan terhadap musuh yang dikalahkannya. Akibatnya, banyak keluarga, pembesar dan juga penduduk kedua negara yang dikalahkan itu berupaya menyelamatkan diri. 

Pada tahun 348, Maharesi Jayasinghawarman dari keluarga Salankayana, bersama dengan pengikutnya sebagai pengiring, tentara dan penduduknya melarikan diri ke pulau-pulau di sebelah selatan karena selalu dikejar-kejar untuk ditangkap. Mereka tiba di Pulau Jawa dan menetap di wilayah bagian barat. Di situ sang maharesi mendirikan dusun di tepi Citarum, termasuk daerah kuasa sang Prabhu Dewawarman VIII dari Salakanagara. 

Jayasinghawarman kemudian menjadi menantu Dewawarman VIII. Sekitar 10 tahun kemudian dusun itu berkembang karena banyak penduduk dari tempat lain menetap. Beberapa tahun kemudian dusun itu pun telah menjadi negara. Jayasinghawarman terus berusaha memperluas negaranya sampai menjadi kerajaan hingga diberi nama Tarumanagara. 

Dia kemudian menjadi rajadirajaguru dan bergelar Jayasinghawarman Gurudharmapurusa dan memerintah selama 24 tahun (358-82). Setelah meninggal, dia dikenal sebagai Sang Lumahing Gomati ‘Yang dipusarakan di Gomati’, dan digantikan oleh anak sulungnya yang bernama Rajaresi Dharmayawarman-guru yang memerintah selama 13 tahun (382-95). Ia bergelar demikian karena selain sebagai raja Tarumanagara, juga menjadi pemimpin semua agama di negaranya. Setelah meninggal dia dikenal sebagai Sang Lumahing Candrabhaga ‘Yang dipusarakan di Candrabhaga’. 

Dharmayawarman mempunyai dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Setelah meninggal ia digantikan oleh anak sulungnya, Purnawarman dengan nama nobat Sri Mg. Haraja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhimaparakramg Suryamahapurusa Jagatpati. Sebagai pemuja Batara India, ia dikena| dengan julukan Sang Purandara Saktipurusa ‘Manusia sakti penghancur benteng musuh’. I
Dia memerintah selama 39 tahun (395-434) dibantu oleh adiknya, Cakrawarman, sebagai panglima perang, dan pamannya, Nagawarman, sebagai panglima angkatan laut. Dari permaisurinya yang merupakan anak salah seorang raja bawahannya, Purnawarman mempunyai beberapa anak laki-laki dan perempuan.

Setelah meninggal dan dikenal dengan julukan Sang Lumahing Tarumanadi ‘Yang dipusarakan di Ci Tarum’, digantikan oleh anak sulungnya, Wisnuwarman dengan nama nobat Sri Maharaja Wisnuwarman Iswara Digwijaya Tunggal Jagatpati Sang Purandarasutah dan berkuasa selama 21 tahun (434-55). Ia memperistri Suklawatidewi, anak Raja Wirabanyu dari negara bawahannya, Indraprahasta. Dari perkawinan itu lahir beberapa orang anak. Setelah meninggal dia digantikan oleh Indrawarman, anak sulungnya. 

Indrawarman yang bergelar Sri Maharaja Indrawarman Sang Paramartha Saktimahaprabhawa Lingga Triwikrama Bhuwanatala itu berkuasa selama 60 tahun (455-515). Setelah meninggal dia digantikan oleh anak sulungnya, Candrawarman yang bernama nobat Sri Maharaja Candrawarman Sang Hariwangsa Purusasakti Suralagawagengparamartha dan berkuasa selama 20 tahun (51535). 

Prasasti Tugu (frame kiri) dan Prasasti Ciaruteun (kanan), dua dari delapan prasasti peninggalan Tarumanagara atau Kerajaan Tarum. (FOTO: ISTIMEWA)

Anak sulungnya yang bernama Suryawarman kemudian menggantikannya menjadi raja, bergelar Sri Suryawarman Sang Mahapurusa Bhimaparakrama Hariwangsa Digwijaya dan memerintah selama 26 tahun (535-61). Dari permaisurinya, dia mempunyai dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anak sulungnya, Kertawarman naik takhta menggantikannya sebagai penguasa kedelapan Tarumanagara, bergelar Sri Maharaj Kertawarman Mahapurusa Hariwangsa Digwijaya Sakalabhumandald dan berkuasa selama 67 tahun (561-628).


Editor : Nani Suherni

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network