CIREBON, iNews.id - Munculnya meteorit di langit Cirebon beberapa waktu lalu sempat membuat warga geger. Fenomena alam itu menjadi pengingat wilayah Indonesia juga berpotensi terkena dampak jatuhan batuan antariksa karena posisinya yang berada di garis ekuator, area dilewati banyak asteroid.
Kekhawatiran masyarakat meningkat setelah muncul kabar tentang prediksi tabrakan asteroid tahun 2032 yang disebut-sebut bisa menghancurkan sebuah kota. Namun, di balik potensi musibah, fenomena meteorit justru menyimpan nilai ilmiah yang sangat penting bagi dunia pengetahuan.
Dosen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Nugroho Imam Setiawan menjelaskan, meteor jatuh bisa dipandang dari dua sisi: berkah dan musibah.
“Kita jadi tahu komposisi batuan yang ada di sekitar bumi, umur meteorit bisa menjadi informasi umur bumi, serta memahami bagaimana sistem tata surya terbentuk,” ujar Nugroho dikutip dari laman UGM, Jumat (17/10/2025).
Menurutnya, meteorit memberikan data geologi berharga tentang material penyusun tata surya, termasuk potensi unsur logam dan mineral langka yang dapat menjadi bahan penelitian masa depan.
Nugroho menekankan pentingnya prosedur pengambilan meteorit agar keasliannya tidak rusak.
“Semakin cepat mengambil sampel dari masa jatuhnya itu semakin baik, karena kalau sudah lama meteorit bercampur tanah dan lapuk, keasliannya akan berkurang,” katanya.
Dia menjelaskan, Antartika menjadi lokasi terbaik untuk menemukan meteorit, karena warna gelap batuan kontras dengan hamparan salju putih sehingga mudah diidentifikasi dan relatif terjaga keasliannya.
Lebih lanjut, Nugroho mengungkapkan meteorit mengandung senyawa organik penting seperti asam amino, yang menjadi dasar pembentukan kehidupan. Namun, kandungan ini sering hilang karena suhu tinggi saat meteorit memasuki atmosfer bumi.
“Jika meteorit memiliki pori untuk menyimpan asam amino, dia akan lebih aman. Tapi kalau tidak berpori, maka asam amino di bagian luar bisa habis terkikis sebelum jatuh ke bumi,” ucapnya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa meteorit berpotensi menjadi petunjuk asal-usul kehidupan di bumi, namun keberadaan senyawa organik di dalamnya bergantung pada struktur fisik batuan antariksa itu sendiri.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait