Doni Salmanan saat memamerkan kendaraan mewah berharga supermahal. (FOTO: ISTIMEWA)

BANDUNG, iNews.id - Dedi Mulyadi menanggapi fenomena crazy rich yang bermunculan belangan ini hingga terbongkar kekayaan mereka diduga diperoleh secara ilegal. Seperti kasus crazy rich Bandung Doni Salmanan dan Indra Kenz asal Medan.

Dua anak muda superkaya yang kerap memamerkan kekayaan di media sosial (medsos) itu kini ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penipuan dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) oleh Bareskrim Polri dengan nilai kerugian korban mencapai ratusan miliar rupiah.

Wakil Ketua Komisi IV DRP RI mengatakan, heran dan aneh dengan fenomena tersebut. Bahkan budayawan Sunda itu menilai saat ini banyak miliarder instan alias dadakan seperti seseorang yang mendapat kekayaan dari hasil muja atau pesugihan alias mendapatkan kekayaan secara instan dengan bantuan iblis atau setan.

“Di Indonesia itu banyak yang aneh. Sekarang itu banyak orang munjung, muja, ditangkap polisi. Mereka itu anak-anak muda yang tiba-tiba kaya karena muja. Muja di dunia maya. Dunia maya, dunia digital digunakan untuk kepentingan pribadi. Crazy rich banyak yang muja di dunia maya, tumbalnya orang yang berharap kaya,” kata Kang Dedi Mulyadi.

Kang Dedi menyatakan, mereka bergelut dalam sebuah permainan aplikasi digital yang berujung kepada penipuan dan merugikan masyarakat. Sebab, tidak ada orang yang menang dalam permainan tersebut.

“Jadi kalau zaman dulu orang muja ke gunung nanti ada yang dikorbankan, orang ditumbalkan katanya dimakan genderuwo, dimakan buta ijo. Nanti yang menumbalkannya jadi kaya. Sekarang itu sama, muja. Muja di dunia maya, yang dikorbankannya (ditumbalkan) para follower, warganet,” ujarnya.

Selain itu, Kang Dedi juga menyoroti fenomena orang Indonesia memandang tinggi dan menyukai kehidupan ‘crazy rich’. Bahkan terkadang para pesohor ikut menjadi bagian mempromosikan kehidupan para 'sultan' dadakan itu.

Untuk menjadi populer di Indonesia, tutur mantan Bupati Purwakarta dua periode ini, sangatlah mudah. Orang tinggal terlihat kaya kemudian berhubungan dengan sejumlah orang ternama.

“Lalu mereka keluarin sumbangan lalu dipuja puji. Padahal, di balik sumbangan yang dikeluarkan duitnya hasil meres. Meres orang-orang yang punya harapan (untuk kaya),” tuturnya dalam rilis yang diterim iNews.id, Senin (14/3/2022).

Karena itu, kata Kang Dedi, yang paling utama untuk diingat adalah kita hidup di dunia nyata, bukan maya atau digital. Sehingga, segala sesuatu di dunia nyata membutuhkan proses, tidak ada yang instan. 

Semua melalui tahapan dan perencanaan yang baik. “Tidak ada (kekakayaan) yang ujug-ujug (tiba-tiba). Kalau yang ujug-ujug itu muja (pesugihan) namanya,” ucap Kang Dedi.

Kang Dedi juga mengajak masyarakat tidak lagi percaya atau tergiur dengan rayuan para afiliator trading apa pun yang justru akan membuat menderita. Masyarakat harus mewujudkan harapan di dunia nyata dengan bekerja keras sesuai kemampuan yang dimiliki.

“Ini jadi pembelajaran penting. Mudah-mudahan polisi bisa terus mengusut berbagai pihak yang menjadikan dunia digital sebagai lahan bisnis dengan melakukan penipuan dan pemerasan terhadap orang lain. Uangnya (hasil kejahatan) harus cepat dikembalikan kepada mereka yang dirugikan, kasihan. Orang punya harapan hanya diberi harapan palsu, PHP. Ayo jangan pada munjung, kita kerja keras,” ujarnya.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network