BANDUNG, iNews.id - Kondisi geografis Bandung yang menyerupai bentuk mangkuk, dianggap menjadi keistimewaan tersendiri. Namun, kondisi itu juga memiliki resiko besar terkait peluang terjadinya bencana sebagai akibat dari perubahan iklim.
Zadrach Ledoufij Dupe dari kelompok Keahlian Sains Atmosfer Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB mengatakan, melihat geografisnya, ketika terjadi kerusakan maka akan langsung berdampak terhadap penduduknya.
"Karena dia itu kan mangkuk ya, udaranya muter-muter begitu. Begitu kita rusak, dampaknya langsung ke kita. Nah, oleh karena itu maka harus betul-betul kita jaga kondisi ini. Begitu dia rusak, maka kacau iklim di Bandung," kata Zadrach dalam webinar 'Bandung Hareudang, Apa yang Sebenarnya Terjadi?' yang digagas Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung bekerja sama dengan Google News Initiative Selasa (19/4/2022).
Dijelaskannya, berdasar data BNPB, jumlah korban paling banyak akibat bencana hidrometeorologi berkaitan dengan intensitas hujan yakni tenggelam. Akibat adanya perubahan iklim, hujan pun akan sulit diprediksi.
"Salah satu dampak dari perubahan iklim itu adalah meningkatnya bencana hidrometeorologi. Hujan jadi nggak menentu, jumlahnya juga bisa banyak sekali di waktu yang tidak kita perkirakan," ujar dia.
"Ketika lingkaran kita rusak, airnya itu kan jadi aliran permukaan, selokan nggak siap. Kalau liat data dari BNPB, jumlah korban meninggal paling banyak tuh tenggelam," kata Zadrach.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait