Warga Diiming-iming Hadiah Sapi, Kalung Emas, dan Uang agar Mau Divaksin Covid

BANGKOK, iNews.id - Tak hanya di Indonesia, program vaksinasi Covid-19 di negara lain pun tak semulus yang dibayangkan. Pasalnya, tak sedikit warga yang menolak divaksin Covid-19 dengan berbagai alasan.
Seperti di Indonesia, sebagian besar menolak divaksin karena menjadi korban hoaks alias kabar bohong yang beredar di media sosial.
Berbeda dengan di Indonesia, warga yang menolak divaksin di negara ini sampai diiming-iming hadiah sapi, kalung emas, dan uang tunai. Cara ini dilakukan agar warga mau disuntik vaksin Covid-19.
Trik tersebut dilakukan oleh Pemerintah Distrik Mae Chaem, Provinsi Chiang Mai, Thailand. Mulai Juni 2021 mendatang, petugas vaksinasi di Distrik Mae Chem menyediakan door prize sapi hidup bagi warga yang bersedia.
Pemerintah distrik lain tak mau kalah. Mereka juga menyediakan hadiah emas dan uang tunai. Hadiah-hadiah itu diundi setiap pekan. Penerima vaksin yang beruntung bisa membawa pulang sapi, kalung emas, dan uang tunai tersebut.
Di Distrik Mae Chaem, door prize sapi digelar sampai akhir 2021. Cara ini disambut antusias warga distrik berpenduduk 43.000 jiwa itu. Dalam hitungan hari pemerintah setempat kebanjiran pendaftar vaksinasi Covid-19.
"Nomor registrasi vaksin kami melonjak dari ratusan menjadi ribuan dalam beberapa hari. Warga menyukai sapi. Sapi itu bisa dijual lagi untuk mendapatkan uang," kata kepala Distrik Mae Chaem, Boonlue Thamtharanurak, dikutip dari Reuters, Jumat (21/5/2021).
Lebih dari 4.000 orang kelompok prioritas telah mendaftar, termasuk mereka yang berusia di atas 60 tahun serta yang memiliki penyakit bawaan.
Distrik akan memulai vaksinasi Covid-19 pada 7 Juni, bersamaan dengan peluncuran imunisasi nasional.
Provinsi lain di Thailand juga memberikan hadiah sebagai daya tarik, seperti kalung emas, voucher, serta uang tunai.
Setidaknya 1,64 juta dari total 66 juta warga Thailand telah mendapatkan dosis pertama vaksin Covid-19. Namun itu masih jauh dari total orang yang mendaftar, yakni 7 juta orang.
Editor: Agus Warsudi