Unik, Tak hanya Rupiah, Mata Uang Ini juga Berlaku di Kampung Wates Majalengka
MAJALENGKA, iNews.id - Rupiah menjadi mata uang resmi di Indonesia pada 3 Oktober 1946 lalu. Kehadiran rupiah itu sekaligus sebagai pertanda tidak berlakunya mata uang-mata uang sebelumnya.
Namun, di Kabupaten Majalengka, tepatnya di Kampung Wates, Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, ada mata uang lain selain rupiah yang digunakan oleh masyarakat untuk bertransaksi. Mpleng, demikian nama alat transaksi yang digunakan oleh warga blok itu.
Mata uang yang terbuat dari tanah liat yang dibakar itu disepakati menjadi alat transaksi di pasar rakyat, Pasar Wakare. Sama seperti rupiah, Mpleng itu pun terdiri dari beberapa pecahan, dari mulai 1 mpleng, 5, dan 10 mpleng.
Untuk mendapatkan alat transaksi sah di Pasar Wakare, pengunjung bisa menukarnya dengan uang rupiah, di kasir. Dengan pecahan rupiah sebesar Rp20.000, pengunjung akan mendapatkan 20 mpleng, dengan berbagai macam pecahan.
Dengan menggunakan mpleng, pengunjung bisa membeli berbagai jenis jajanan, dari mulai pecel lontong, gorengan, es, kopi, dan lain-lain.
"Transaksinya pake koin ini (mpleng), bukan rupiah. Penukarannya di sediakan juga di kasir. Ini (mpleng) sebenarnya sering dipakai di acara Jaf," kata penggiat Ekraf dari Jatiwangi art Factory (JaF) Ismal Muntaha, Minggu (16/10/2022).
Penggunaan mpleng sendiri, jelas dia, merupakan salah satu kampanye Majalengka sebagai Kota Terakota.
"Ini (Pasar) Diadakan sama warga Kampung Wates. Pasar tematik. Panganan lokal yang memang dibuat oleh warga. Jajanan zaman dulu. Penamaan Wakare sendiri karena kampung ini punya sejarah Wakare saat zaman Jepang dulu," tutur dia.
Panitia Pasar Wakare Iing Solihin menjelaskan, ke depan, acara tersebut akan rutin dilaksanakan setiap hari Minggu. Untuk sementara, baru diisi oleh 15 stand, yang semuanya merupakan warga asli Kampung Wates.
"Nantinya setiap hari Minggu. Setiap hari juga sebenarnya ada, tapi hari pasarannya itu hari Minggu. Ke depan mungkin akan lebih banyak lagi stannya," kata dia.
Salah satu pengunjung Defri mengaku tertarik datang ke Pasar Wakare, karena alat transaksi yang digunakannya berbeda dengan di tempat lain.
"Unik sih. Terus ini kan semakin menguatkan kesan identitas Jatiwangi sebagai sentra genting. Karena bahannya juga kan sama kaya bikin genting," ucap dia.
Editor: Asep Supiandi